Crispy

AI: Militer Myanmar Bunuh Rakyat Secara Sistematis

  • Tentara Myanmar menggunakan semua senjata tempur untuk membunuh rakyat tak bersenjata.
  • Sebagian besar korban tewas dengan kepala berlubang.
  • Gerilyawan Karen dan Kachin bangkit melindungi pengunjuk rasa.

JERNIH — Amnesti Internasional (AI) mengatakan militer Myanmar membunuh pengunjuk rasa secara sistematis dan terencana dengan senjata tempur.

Tuduhan disampaikan Amnesti Internasional setelah mempelajari 50 rekaman video aksi penembakan saat unjuk rasa di sejumlah kota.

“Laboratorium Bukti Kritis AI mengkonfirmasi bahwa militer Myanmar menerapkan strategis sistematis terencana menggunakan senjata mematikan,” demikian laporan AI.

Senjata yang digunakan tentara Myanmar, masih menurut AI, biasanya hanya terlihat di medan tempur. Namun, lanjut keterangan AI, senjata itu digunakan untuk membunuh rakyat tak bersenjata yang menggelar aksi damai.

Sekitar 60 orang tewas dengan luka mengerikan. Kebanyakan ditembak di kepala. Enam korban tewas, Kamis 11 Maret, jatuh di wilayah Magwe. Empat dari enam kepala korban berlubang.

Myanmar diguncang aksi unjuk rasa dan pembangkangan sipil (CDM) sejak kudeta militer 1 Februari. Semula, aksi terbatas hanya di kota-kota, lalu meluas ke kota-kota sekujur Myanamr.

Gerilyawan Melawan

Di negara bagian Kachin, militer Myanmar menghadapi persoalan lain dengan gerilyawan separatis. Kabar terbaru menyebutkan Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA), Kamis 11 Maret, menyerang pangkalan pemerintah.

Militer Myanmar, yang didominasi etnis Burma, membalas serangan. Pertempuran tak terhindarkan dan meluas. Di Kotapraja Hpakant, Organisasi Kemerdekaan Kachin (KIO) menyerang batalion dewan militer yang berbasis di Desa Sezin.

Media lokal melaporkan militer Myanmar mengerahkan helikopter untuk menghadapi serangan gerilyawan. Namun, KIA mengklaim menguasai pos terdepan pemerintah dan menyita amunisi.

Di Myitkyina, KIA dan KIO memperingatkan pemerintah tidak menggunakan kekerasan menghadapi pengunjuk rasa. Kedua organisasi mengancam akan menyerang pasukan Myanamr jika masih menembaki penduduk sipil.

Sebelumnya, kelompok separatis etnis Karen bersumpah melindungi demonstran yang berunjuk rasa di wilayah kekuasaannya. Serikat Nasional Karen juga mengerahkan pejuang bersenjata untuk menjaga aksi unjuk rasa damai di wilayah Tanintharyi.

Hampir setengah abad Myanmar, dulu bernama Burma, dikoyak gerakan separtis. Di negara ini, setiap etnis merasa berhak merdeka dan mempersenjatai diri.

Karen dan Kachin adalah dua di antaranya. Lainnya adalah Chin, Mon, Shan, Kayah, Arakan, Rakhine, Taang, Kayin, dan etnis minoritas lainnya.

Back to top button