Crispy

Di Inggris, Korban Covid-19 Terbanyak adalah Minoritas Asia Selatan dan Afrika

  • Minoritas kulit hitam Afrika 3,7 kali lebih mungkin mati akibat Covid-19.
  • Minoritas Asia Selatan 2,9 kali lebih mungkin tewas di rumah sakit akibat penyakit ini.
  • Pemerintah Inggris memerintahkan penyelidikan atas masalah ini.

London — Minoritas kulit hitam Afrika dan Asia Selatan di Inggris lebih mungkin mati di rumah sakit akibat Covid-19, demikian analisis Insitute of Fiscal Studies (IFS) yang berbasis di London.

Lembaga think tank itu menemukan, setelah mencoret usia dan geografi, orang-orang kulit hitam Afrika 3,7 kali lebih mungkin meninggal di rumah sakit akibat Covid-19 dibanding orang kulit putih Inggris.

Komunitas Pakistan 2,9 kali lebih tinggi dibanding orang kulit putih. Bangladesh dua kali lebih mungkin meninggal oleh penyakit yang disebabkan virus korona.

Studi ini menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan korban lebih banyak di Inggris adalah kulit hitam Afrika dan minoritas Asia Selatan.

Laporan itu membandingkan enam kelompok komunitas; kulit putih non-Inggris, India, Pakistan, kulit hitam Afrika dan Karibia, dengan kulit putih Inggris.

Tingginya tingkat kematian di kalangan imigran tidak dapat dijelaskan oleh perbedaan geografi dan demografi saja. Juga tidak aca catatan kematian di luar rumah sakit di antara komunitas ini.

Banyak kematian akibat Covid-19 di kalangan etnis India, kulit hitam karibia, dan kulit putih non-Inggris. Namun kematian di kalangan kulit putih Inggris lebih kecil.

Di AS, korban Covid-19 di kalangan penduduk kulit hitam juga sangat tinggi. Di Chicago, misalnya, 72 persen korban Covid-19 sepanjang April 2020 adalah Afro-Amerika. Populasi Afro-Amerika di Chicago hanya 30 persen.

Di Louisiana, Afro-Amerika adalah 31 persen dari populasi, tapi 72 korban tewas Covid-19 adalah mereka.

IFS mengatakan studi di Inggris menyoroti ketidak-setaraan nyata antara berbagai kelompok di Britania Raya.

“Ketika Anda memperhitungkan usia dan geografi, sebagian besar kelompok minoritas seharusnya memiliki sedikit kematian per kapita dibanding kulit putih Inggris,” kata laporan itu.

Orang Afrika hitam dan Pakistan diperkirakan memiliki lebih sedikit kematian per kapita dibandingkan kulit putih Inggris. Anehnya, saat ini jumlah kematian di antara mereka sebanding.

IFS tidak menyebut beberapa faktor penyebab tingginya tingkat kematian, termasuk peningkatan paparan virus melalui pekerjaan.

Faktor yang tidak disebut itu adalah kelompok minoritas adalah pekerja dengan risiko infeksi lebih tinggi.

“Dua dari sepuluh perempuan kulit hitam Afrika bekerja dalam sistem perawatan, dan sosial,” kata laporan itu. “Laki-laki India, misalnya, 150 persen lebih mungkin bekerja sebagai perawat dan pelayanan sosial bagi orang kulit putih Inggris.”

Di Inggris dan Wales, 14 persen dokter adalah etnis Pakistan dan India.

Sejumlah pakar sebelumnya mengkhawatirkan betapa ketidak-setaraan kesehatan jangka panjang akan mendorong tingkat kematian lebih tinggi.

“Kami tahu jika lebih miskin, atau tingkat kemiskinan tinggi dan memiliki pekerjaan tidak aman, semua faktor yang terkait kesehatan sangat buruk,” kata Zubaida Haque, wakil direktur Runnymede Trust.

Laporan IFS menyebutkan kondisi kesehatan mendasar paling berisiko sangat lazim di kalangan orang Bangladesh, Pakistan, dan kulit hitam Karibia.

Minoritas saat ini bekerja di sektor pekerjaan yang ditutup di Inggris; restoran dan taksi.

Kematian akibat Covid-19 di kalangan minoritas mendapat perhatian publik cukup luas sepanjang April 2020. Terlebih setelah beberapa petugas kesehatan dengan latar belakang India dan Pakistan meninggal dunia.

Pemerintah Inggris memerintahkan penyelidikan atas masalah ini, setelah Menteri Kesehatan Matt Hancock mengungkapkannya dalam wawancara dengan BBC.

Back to top button