Crispy

Disebut Jadi Sarana Penularan Covid-19, BI Bali Karantina Uang Sebelum Edar

DENPASAR-Munculnya tudingan bahwa uang kertas menjadi salah satu sarana penularan Covid-19 membuat Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali melakukan karantina uang selama 14 hari sebelum uang kertas diedarkan ke masyarakat di wilayah Bali.

Hal itu dilakukan BI Prov Bali mengingat semakin tingginya angka pasien yang terpapar Covid-19 baik di Bali maupun di wilayah-wilayah lain di Indonesia. Sehingga dengan melakukan karantina uang diharap dapat ikut mencegah hingga memutus rantai penularan Covid-19.

“Uang-uang yang masuk di BI akan dikarantina selama 14 hari dan nantinya dihitung ulang untuk diedarkan lagi ke masyarakat dan beberapa bank-bank di Bali,” kata Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali, Trisno Nugroho, di Gedung Gajah, Jayasabha, Denpasar.

Baca juga: Untuk Perangi Covid-19 Sejumlah Negara Batasi Gunakan Uang Tunai

Trisno mengatakan, pihaknya telah melakukan proses karantina uang sejak tanggal16 Maret 2020 lalu. Mereka juga melaksanakan sesuai prosedur yang ditetapkan WHO dimana para pegawai yang terlibat stirilisasi menggunakan alat lengkap seperti masker dan sarung tangan, sebelum itu tempatnya juga disemprotkan disinfektan.

“Ini untuk rupiah saja dan akan berlangsung seterusnya sampai akhir Maret. Pemerintah masih membuat kebijakan sampai 29 Mei sampai turun Covid-19 ini. Kalau rusak kita musnahkan kalau masih bagus diedarkan lagi,” jelasnya.

Baca juga : Seorang Wanita Sterilkan Uangnya di Microwave Untuk Bunuh Virus Covid-19

Menurut Trisno, upaya karantina uang bukan hanya dilakukan BI namun beberapa bank di Bali juga melakukan hal yang sama.

“Beberapa bank di Bali, kata dia, ada juga yang melakukan karantina uang sebelum diedarkan ke masyarakat”.

Saat ini, kata Trisno, meskipun BI menjamin ketersediaan uang kartal, namun BI terus mendorong masyarakat untuk menggunakan sistem pembayaran nontunai termasuk QR Indonesian Standard (QRIS) di Bali”.

Baca juga: Bank Sentral Korea Karantina Uang Kertas Untuk Tangkal Covid-19

Ketika ditanya tentang perekonomian di Bali saat ini paska berita merebaknya penularan Covid-19, Trisno menjawab masih terlalu dini untuk mengevaluasi karena bulan maret baru berjalan dua minggu.

“Kalau kerugian terkait COVID-19 bagi perekonomian kita, ya ini baru dua minggu di bulan Maret ya. Kita periksa inflasi month to month di bulan Februari kemarin masih kecil, 0,44 persen. Kemudian survei harga kami dua minggu terakhir dan di minggu lalu malah deflasi ya,” katanya.

Namun ia yakin bahwa yang paling mengalami dampak Covid-19 adalah industri pariwisata termasuk hotel akan mengalami kesulitan keuangan 

​​​​​​”Jadi, cash flow mungkin agak terganggu sehingga BI meminta ke bank bank untuk memberikan kemudahan kepada debitur, seperti memperpanjang pembayaran cicilan utang,”. Ia juga menambahkan “Mereka akan melakukan berbagai cara agar bisa menutup biaya operasional,”.

(tvl)

Back to top button