CrispyVeritas

‘Halo, Tuan Presiden. Selamatkan Saya,” tulis Mohammed, Penyelamat Joe Biden tahun 2008

  • Jen Psaki, sekretaris Gedung Putih, akan berusaha menyelamatkan Mohammed lewat jalur diplomatik.
  • Mohammed tertinggal karena dokumen keimigrasiannya hilang saat Taliban merebut Kabul.
  • Kini, Mohammed ketakutan dan tak berani keluar rumah.

JERNIH — Suatu hari di tahun 2008, seorang senator AS bernama Joe Biden terperangkap di pegunungan Afghanistan. Mohammed, seorang penerjemah lokal, menyelamatkannya.

Kini, sang penerjemah meratap ke Gedung Putih. “Halo Tuan Presiden. Selamatkan saya dan keluarga,” tulis sang penerjemah seperti dikutip Wall Street Journal (WSJ).

Mohammed bukan nama sebenarnya. WSJ menggunakan nama itu dalam laporan eksklusif berjudul “Jangan Lupakah Aku di Sini”, karena itu nama paling umum di Afghanistan.

Tahun 2008 Mohammed adalah penerjemah untuk pasukan Lintas Udara ke-82 yang dikerahkan dari Lapangan Udara Bagram untuk menyelamatkan Senator Joe Biden, John Kerry, dan Chuck Hagel pada Februari 2008.

Helikopter yang membawa ketiga senator itu mendarat darurat akibat badai salju yang buruk. Ketiganya, dengan sejumlah pasukan AS, mencoba bertahan di tengah badai seraya menunggu tim penyelamat.

Mohammed memainkan peran penting. Ia menunjukan jalan bagi pasukan Lintas Udara ke-82 ke arah lokasi. Semua pasukan AS yang terlibat dalam misi itu terkesan dengan kemampuan Mohammed.

WSJ melaporkan Mohammed mengajukan permohonan Visa Imigran Khusus (SIV), program evakuasi penerjemah yang membantu AS selama perang 19 tahun 47 pekan. Namun, kontraktor tempatnya bekerja kehilangan catatan panting, yang membuat Mohammed gagal berangkat.

Letkol Andre Till dan Shawn O’Brien adalah dua dari sekian tentara AS yang bekerja bersama Mohammed. Letkol Andre Till masih aktif. Shawn O’Brien adalah veteran Angkatan Darat yang bersama Mohammed tahun 2008.

“Layanan Mohammed kepada pria dan wanita militer kami tanpa pamrih,” kata Letkol Till tentang Mohammed.

“Jika Anda dapat membantu satu orang Afghanistan lagi, tolong pilih Mohammed,” kata O’Brien.

Namun, tak satu pasukan AS pun yang membantu Mohammed saat penerjemah itu berhari-hari meratap di Bandara Hamid Karzai pada pertengahan Agustus lalu. WSJ mengatakan seorang pasukan AS menanggapi tapi hanya memberi tempat untuk Mohammed, tidak untuk istri dan anak-anaknya.

Mohammed kini berusia 36 tahun. Meski Taliban berjanji tidak balas dendam, ia tetap merasa terancam. Ia mengkhawatirkan nasib anak-anaknya.

“Saya tidak bisa meninggalkan rumah,” kata Mohammed kepada WSJ Selasa 31 Agustus, ketika pesawat militer AS terakhir meninggalkan Kabul. “Saya sangat takut.”

Saat ditanya soal tanggung jawab AS terhadap nasib Mohammed, sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan; “Terima kasih atas peran Anda dalam membantu sejumlah orang favorit saya.”

“Kami akan mengeluarkan Anda lewat fase diplomatik,” tambahnya. “Komitmen pemerintah AS bertahan lama.”

Presiden AS Joe Biden, pada 24 Juni lalu, mengatakan; “Mereka yang membantu kami tidak akan ditinggalkan.” Janji itu dikeluarkan jauh sebelum pemerintah Afghanistan runtuh dan Taliban dengan cepat mengambil alih Afghanistan.

Russia Today menulis Gedung Putih berbohong ketika mengatakan telah mengevakuasi 122 ribu orang selama dua pekan pengangkutan udara. Sebab, sejauh ini pemerintah Joe Biden tidak pernah mengatakan berapa warga AS di Afghanistan, dan berapa warga Afghanistan yang akan dibawa.

Biden sering menyebut insiden 2008, saat dia dan dua senator lainnya diselamatkan, untuk memuji kemampuan AS dalam perang melawan teroris. Namun, Biden tidak pernah menyebut nama Mohammed, orang yang berperan penting menyelamatkan dirinya.

Back to top button