Crispy

Iran Segera Luncurkan Satelit Zafar, Kekhawatiran AS Berlebihan

JAKARTA— Beberapa waktu lalu pemerintah Iran menegaskan segera meluncurkan Satelit Zafar untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mereka. Sontak datang respons dari negara adidaya Amerika Serikat kepada negara kecil di Teluk Persia tersebut. AS menyebut peluncuran itu sekadar kedok pengembangan senjata nuklir Iran.

Seolah permainan ‘kata berjawab’, Teheran segera pula menyangkal tuduhan AS tersebut. Iran dengan kukuh mengatakan, mereka tidak pernah mengejar pengembangan senjata nuklir.

Senin (27/1) lalu kantor berita Reuters melaporkan pernyataan seorang menteri Iran yang mengatakan, negara tersebut tengah mempersiapkan peluncuran satelit. “Ya, kami tengah mempersiapkan sebuah tempat untuk menempatkan Satelit Zafar ke orbit,” kata Menteri Informasi dan Teknologi Komunikasi Mohammad Javad Azari-Jahromi, melalui Twitter.

Seorang penyiar Radio Publik Nasional (NPR) yang berbasis di AS, memasukkan unggahan tersebut ke dalam tautan cerita, dengan mencatat citra satelit yang sedang disiapkan Republik Islam Iran dalam rangka ancang-ancang strategi peluncuran ke ruang angkasa. Dalam catatan NPR, Iran setidaknya pernah dua kali gagal dalam meluncurkan satelit mereka.

Upaya peluncuran pada Januari dan Februari 2019 itu berakhir dengan gatot alias gagal total. Selama persiapan untuk upaya ketiga pada Agustus lalu, sebuah roket juga meledak di landasan peluncuran.

Presiden AS, Donald Trump kemudian berkicau dengan menambahkan gambar beresolusi tinggi yang memperlihatkan reruntuhan yang diambil oleh satelit mata-mata, sebagaimana juga dilansir NPR.

“Amerika Serikat tidak terlibat dalam kecelakaan bencana selama persiapan peluncuran akhir untuk SLV Safir di Semnan Launch Site One, Iran. Saya berharap semoga Iran sukses dalam menentukan apa yang terjadi di situs pertama,” kata Trump, mendoakan. Tidak ada tulisan ‘amen’ di akhir cuitan tersebut.

“Setelah satelit Zafar ditempatkan di orbit, jadwal untuk peluncuran satelit yang kelima pun telah disetujui,”kata Menteri Javad kepada Reuters.

Di sisi lain, AS terlihat sangat khawatir akan teknologi balistik jarak jauh yang digunakan untuk menempatkan satelit ke orbit. Sebab, hal itu juga dapat digunakan untuk meluncurkan misil berhulu ledak nuklir.

Teheran menyangkal tuduhan Amerika Serikat bahwa kegiatan semacam itu adalah kedok untuk pengembangan rudal balistik. Mereka kukuh mengatakan, tidak pernah mengejar pengembangan senjata nuklir.

Sebagaimana diketahui, pemerintah Trump memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran menyusul, penarikan Washington dari perjanjian internasional pada 2018, yang dirancang untuk membatasi program nuklir Iran. Trump mengatakan, kesepakatan nuklir tidak cukup jauh dan juga tidak termasuk pembatasan pada program rudal Iran dan dukungan untuk proksi di kawasan Timur Tengah.

Iran meluncurkan satelit pertama Omid (Harapan) pada 2009 dan satelit Rasad (Pengamatan) dikirim ke orbit pada Juni 2011. Teheran mengklaim telah berhasil menempatkan satelit ketiganya ke dalam orbit, yaitu Navid (Janji) yang dibuat di dalam negeri pada 2012.

NPR mengutip Menlu AS Mike Pompeo yang mengatakan,” Roket tersebut menggabungkan teknologi yang hampir identik dan dapat dipertukarkan dengan yang digunakan dalam rudal balistik, termasuk rudal balistik antarbenua.” Pompeo mentayakan hal itu dalam sebuah pernyataan, menyusul upaya peluncuran yang gagal pada Januari lalu.

Saat itu pun pernyataan Pompeo itu didebat banyak kalangan, di antaranya Michael Elleman. “Itu bukan platform yang layak untuk digunakan buat rudal balistik,” kata Elleman, pengasuh program nonproliferasi dan kebijakan nuklir di Institut Internasional untuk Studi Strategis.  “Besar, berat, dan tidak menambah kemampuan apa pun yang sudah mereka miliki,”ujar dia. [NPR/Reuters]

Back to top button