Crispy

Iraq Hawk Down! Donald Rumsfeld Meninggal

Masa jabatannya juga ditandai dengan foto-foto yang muncul pada tahun 2004 tentang personel AS yang menyiksa tahanan di penjara Abu Ghraib di luar Baghdad, dan perlakuan terhadap tersangka terorisme asing di sebuah penjara yang didirikan di pangkalan angkatan laut AS di Teluk Guantanamo, Kuba.

JERNIH–Donald Rumsfeld, menteri pertahanan AS dua kali dan salah satu arsitek utama perang Irak yang dimulai dengan kebohongan “senjata pemusnah massal”, memasuki alam baqa, Rabu (30/6), pada usia 88 tahun.

Bertugas di bawah Presiden George W Bush, Rumsfeld adalah pendukung utama dari apa yang disebut “perang melawan teror” setelah serangan 9/11. Pasukan AS menginvasi Irak pada tahun 2003, setelah mengklaim negara itu memiliki senjata pemusnah massal. Sampai dia meninggal kemarin, tidak ada senjata semacam itu yang ditemukan.

Rumsfeld mengundurkan diri tiga tahun kemudian di tengah dampak konflik atas kebijakan AS di Irak yang berjalan tahun-tahun sebelumnya. Hingga kematian menjemputnya, Rumsfeld kukuh mempertahankan apa yang ia lakukan. Tetapi banyak ahli menyalahkan dirinya atas keputusan yang menyebabkan kesulitan yang terjadi  di Irak hingga saat ini, dan di wilayah-wilayah yang lebih luas.

Pada Rabu kemarin, keluarganya mengatakan dia telah meninggal di rumahnya di kota Taos, New Mexico. “Sejarah mungkin mengingatnya untuk pencapaian luar biasa selama enam dekade pelayanan publik,” kata mereka, berharap dalam sebuah pernyataan.

“Bagi mereka yang paling mengenalnya,  dan yang hidupnya berubah selamanya sebagai akibatnya, kita akan mengingat cintanya yang tak tergoyahkan untuk istrinya Joyce, keluarga dan teman-temannya, dan integritas yang dia bawa ke kehidupan yang didedikasikan untuk negara.”

Bereaksi terhadap berita tersebut, mantan Presiden Bush menggambarkannya sebagai “seorang pria yang cerdas, berintegritas, dan energi yang hampir tidak ada habisnya” dan “pelayan publik yang patut dicontoh” yang “tidak pernah bergeming dari tanggung jawab”.

Menteri pertahanan AS Lloyd Austin, sementara itu, mengatakan: “Sekretaris Rumsfeld didorong oleh energinya yang tak terbatas, kecerdasan yang menyelidik, dan komitmen yang teguh untuk melayani negaranya.”

Lahir di Chicago pada tahun 1932, karir politik dan pribadi Rumsfeld berlangsung selama beberapa dekade. Dia pertama kali datang ke Washington DC pada 1960-an dan menjabat di berbagai posisi di bawah Presiden Richard Nixon dan Gerald Ford.

Pada tahun 1975, ia menjadi orang termuda yang ditunjuk sebagai menteri pertahanan dan kemudian menjadi yang tertua, yang dijabat selama tugas keduanya di bawah Presiden Bush. Dia berada di Pentagon ketika gedung itu dihantam pesawat yang dibajak selama serangan 9/11. Rumsfeld termasuk orang pertama yang mencapai lokasi reruntuhan, membantu membawa orang-orang yang terluka dengan tandu.

Kurang dari sebulan kemudian, pasukan AS memulai serangan udara melawan al-Qaidah, kelompok yang dituding bertanggung jawab atas serangan itu, dan menyerang Taliban di Afghanistan, serta menggulingkan rezim itu dalam beberapa pekan.

Perhatian pemerintah kemudian beralih ke Irak, yang tidak berperan dalam serangan itu. Rumsfeld membuat kasus untuk invasi Maret 2003, dengan alasan bahwa senjata pemusnah massal negara itu menimbulkan bahaya bagi dunia. Bisa jadi Rumsfeld pembohong, karena tidak ada senjata seperti itu pernah ditemukan.

Rumsfeld dikenal karena konferensi persnya yang seru di mana dia tak enggan berdebat dengan wartawan. Salah satu momen paling berkesan datang pada tahun 2002, ketika dia memberikan jawaban yang banyak diejek tentang “yang diketahui” dan “yang tidak diketahui” setelah ditanya apakah ada senjata pemusnah massal di Irak.

Masa jabatannya juga ditandai dengan foto-foto yang muncul pada tahun 2004 tentang personel AS yang menyiksa tahanan di penjara Abu Ghraib di luar Baghdad, dan perlakuan terhadap tersangka terorisme asing di sebuah penjara yang didirikan di pangkalan angkatan laut AS di Teluk Guantanamo, Kuba.

Bagaimanapun, sebagian besar warga AS tetap menentang catatan kerjanya, bahkan setelah ia pensiun meninggalkan kantor. Dalam memoar 2011, yang berjudul “Known and Unknown”, dia membela keputusannya seputar perang Irak tetapi mengungkapkan penyesalan atas beberapa komentarnya. [BBC]

Back to top button