Crispy

Kabin Ricuh Manakala Penumpang ‘Covid-19’ Meninggal dalam Penerbangan United Airlines

“Kami semua duduk di sana selama berjam-jam menunggu, sementara kalian membersihkan darah dan kumannya dengan tisu basah. Apakah ini cara kalian menangani keselamatan dan kesehatan orang lain?”

JERNIH—Kericuhan mewarnai penerbangan domestik United Airlines dari Orlando ke Los Angeles, Sabtu (19/12) lalu, manakala seorang pria yang disebut-sebut positif menderita Covid-19 meninggal dalam pesawat tersebut. Kondisi kacau itu kian bertambah manakala para penumpang justru membagi-bagikan kondisi dalam pesawat.

Banyak penumpang bangkit dari tempat duduk masing-masing, berkerumun merubung paramedis yang tengah berjuang menyelamatkan penumpang tersebut, sambil terus memfoto, memvideo dan membagikannya melalui jaringan internet. Si sakit dinya-takan meninggal tak lama setelah pesawat mendarat darurat di New Orleans.

Petugas medis yang diizinkan naik ke pesawat segera setelah pendaratan, berusaha menyelamatkannya. Sementara istrinya mengungkapkan, dalam jarak pendengaran para penumpang lain, suaminya itu telah menunjukkan gejala Covid-19 selama sepekan  terakhir, setelah kehilangan indra perasa dan penciumannya.

Seorang penumpang lain di sebelah pria sakit itu mengatakan, pria itu terlihat gemetar, banjir keringat dan kesulitan bernapas, bahkan sebelum lepas landas. Begitu di udara kondisinya memburuk dengan cepat, sehingga kapten memutuskan untuk melakukan pendaratan darurat agar orang tersebut mendapat perawatan medis.

Lebih dari satu jam setelah penerbangan, penumpang yang duduk di kursi 28D itu berhenti bernapas. Kru bertanya apakah ada dokter di penerbangan itu, dan sejumlah orang bangkit untuk membantu.

Beberapa penumpang mengatakan, para dokter memberinya bantuan darurat cardiopulmonary resuscitation (CPR), untuk membantunya bernafas. Beberapa penumpang  merinci bahwa selama CPR dilakukan, tulangnya terdengar retak manakala kompresi dada dilakukan, sebelum kemudian wajahnya membiru.

Tony Aldapa adalah salah satu penumpang yang membantu melakukan CPR pada pria tersebut. “Saya bangkit dari tempat duduk saya dan memberi tahu kru bahwa saya terlatih melakukan CPR.”  “Saat saya sampai di sana sampai pemadam kebakaran naik, itu setidaknya 45 menit,” kata Aldapa.

Menurut dia, sama sekali tidak dilakukan bantuan pernafasan dari mulut ke mulut. “Kami melakukan kompresi dada, dan kru memasang kan masker oksigen dari pesawat. Kemudian setelah kami menemukan tas medis yang disimpan di dalam pesawat, kami menggunakan ambu-bag, dan mencoba memberikan bantuan untuk memudahkannya bernafas,” kata dia.

Pada Sabtu malam itu , di Twitter-nya Aldapa menjelaskan lebih detil mengapa dia memutuskan untuk terlibat dan apa yang terjadi setelah pria itu dikeluarkan dari pesawat.

“Sekarang sebagian besar dari Anda tahu saya berada di penerbangan United yang telah diberitakan. Saya membuat keputusan untuk mencoba menyelamatkan nyawa penumpang,  dan dengan dua orang sesama penumpang lain melakukan CPR selama hampir satu jam sampai kami mendarat.”

Menurut Aldapa, dirinya sadar risiko melakukan CPR kepada seseorang yang berpotensi menderita Covid-19. “Tetapi saya tetap membuat pilihan untuk melakukannya. Saya berbicara dengan istri penumpang tentang riwayat kesehatannya dan dia tidak pernah menyebutkan dia positif, dia mengatakan dia dijadwalkan untuk menjalani tes di LA.”

“Saya menghabiskan sisa penerbangan dengan keringat saya sendiri dan air kencing pria itu,” kata Aldapa. Dia sendiri mengatakan, dirinya mulai merasakan ada gejala dan menunggu hasil tes kedua saya. Ia mengaku belum dihubungi, baik oleh maskapai penerbangan atau lembaga resmi AS untuk urusan Covid-19, CDC.

“Melihat ke belakang, saya tidak akan mengubah tindakan saya, tetapi saya mungkin telah melangkah lebih awal. Mengetahui bahwa saya memiliki pengetahuan, pelatihan, dan pengalaman untuk membantu, saya tidak dapat duduk diam dan menyaksikan seseorang meninggal,” kata Aldapa.

Saat berbicara dengan petugas medis darurat (EMT) di New Orleans, istri pria itu mengakui bahwa suaminya telah positif terkena virus corona, yang berarti dia kemungkinan berbohong saat check-in untuk penerbangan. Saat check-in, semua penumpang United harus melaporkan sendiri apakah mereka pernah mengalami gejala virus corona atau tidak.

Setelah penumpang diturunkan di New Orleans, kursinya dihapus, dan pesawat Boeing 737-900 dengan kapasitas 179 orang itu melanjutkan perjalanannya ke Los Angeles.

Dalam sebuah pernyataan kepada DailyMail.com, United Airlines telah mengonfirmasi bahwa telah dihubungi oleh CDC, dan diberi tahu bahwa pria itu memang mengidap virus corona.

“Penerbangan kami dialihkan ke New Orleans karena keadaan darurat medis dan paramedis mengangkut penumpang ke rumah sakit setempat di mana orang tersebut dinyatakan meninggal. Kami telah menghubungi keluarganya dan telah menyampaikan belasungkawa yang tulus kepada mereka atas kehilangan mereka,” kata pihak United Airlines dalam sebuah pernyataan segera setelah insiden itu terjadi.

“Pada saat pengalihan, kami diberi tahu bahwa dia mengalami serangan jantung, jadi penumpang diberi opsi untuk mengambil penerbangan selanjutnya atau melanjutkan rencana perjalanan mereka. Sekarang CDC telah menghubungi kami secara langsung, kami membagikan informasi yang diminta dengan agensi, sehingga mereka dapat bekerja dengan pejabat kesehatan setempat untuk melakukan penjangkauan ke pelanggan mana pun yang menurut CDC mungkin berisiko untuk kemungkinan terpapar atau terinfeksi. Kesehatan dan keselamatan karyawan dan pelanggan kami adalah prioritas tertinggi kami,” kata pernyataan itu, menambahkan.

Penumpang yang melakukan perjalanan pada penerbangan tersebut melampiaskan rasa frustrasi mereka kepada United Airline di media sosial. “Bolehkah aku bertanya bagaimana kalian membiarkan pria yang positif Covid-19 dalam penerbanganku tadi malam?” kata seorang wanita. “Dia gemetar dan berkeringat saat naik pesawat. Dia jelas sakit dan kemudian meninggal di tengah penerbangan. Kami melakukan pendaratan darurat di New Orleans dan kami bahkan tidak bertukar pesawat setelah itu.”

“Kami semua duduk di sana selama berjam-jam menunggu, sementara kalian membersihkan darah dan kumannya dengan tisu basah. Apakah ini cara kalian menangani keselamatan dan kesehatan orang lain?”

Dia mengatakan bahwa klaim maskapai bahwa mereka percaya dia mengalami serangan jantung adalah ‘menggelikan’. “Tidak pernah ada penyebutan “kami mengalihkan penerbangan ini karena alasan serangan jantung”,” kata dia.

“Semua orang tahu ini terkait Covid karena sang istri menyampaikan informasi medisnya, dan berbagi bahwa dia ternyata positif dan bergejala Covid selama lebih dari seminggu. Mereka itu menutupi fakta bahwa mereka menangani situasi ini dengan buruk,” kata dia, tentang maskapai penerbangan tersebut.

Penumpang wanita lain bernama Shay, juga men-tweet marah kepada United, menuduh mereka gagal memeriksa penumpang sebelum naik. Dia juga menyalahkan pria malang dan  dan istrinya itu karena memaksakan terbang.

“United, mengapa kamu tidak pernah memeriksa suhu kami sebelum naik?” cuitnya. “Keluarga mendiang, mengapa Anda tidak membawanya ke rumah sakit atau tidak membiarkan suami Anda naik pesawat dengan perasaan seperti itu?”

Shay berkata bahwa dia memperhatikan pria itu mengalami kesulitan bernapas.

“Saya melakukan kontak mata dengan istrinya,  menatapnya dan dia hanya membals dengan menunduk,” kata Shay. Dia mengatakan tim medis di pesawat berupaya keras selama lebih dari satu jam. “Keluarga itu menangis, bikin orang-orang ketakutan,” katanya.

“Dia disetrum dua kali, diberi epi-pen, dua suntikan adrenalin dan pernafasan dari mulut ke mulut setelah kompresi dada …”

Juru Bicara Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), Charles Hobart,  meminta United memberikan manifes penumpang sehingga penumpang lain dapat diberi tahu bahwa mereka mungkin telah terkena penyakit atau tidak.  CDC juga mengatakan sedang mengumpulkan informasi untuk memutuskan apakah perlu tindakan kesehatan masyarakat lebih lanjut.

Keempat pramugari United dikarantina selama dua minggu setelah mereka tiba di Los Angeles. “Kami lakukan sesuai pedoman tertulis,” kata Taylor Garland, juru bicara Asosiasi Pramugari. “Serikat kami terus memberikan dukungan kepada kru.” Ia meminta penumpang untuk mematuhi kebijakan Covid yang diterapkan maskapainya. “Tetaplah di rumah jika Anda sakit,” kata dia. [Al-Bawaba/dailymail]

Back to top button