Crispy

Kali Kedua dalam 100 Tahun, Dunia tanpa Halloween

  • Malam 31 Oktober 1918 berlalu tanpa kehadiran arwah orang mati, dan pesta masyarakat.
  • Arwah orang mati tidak lagi menakutkan, karena orang lebih takut flu Spanyol.
  • Situasi serupa terulang tahun ini.

Los Angeles — Kali kedua dalam seratus tahun dunia, terutama negara-negara Eropa dan AS, tanpa perayaan Halloween pada 31 Oktober 2020 mendatang.

Ketiadaan tradisi tahunan itu disebabkan oleh satu hal; pandemi. Tahun 1918, tradisi Halloween lenyap dari budaya Barat akibat pandemi flu Spanyol. Kini, pandemi virus korona memaksa kota-kota di AS melarang warganya merayakan malam para roh.

Los Angeles County, misalnya, mengeluarkan panduan formal yang merekomendasikan tidak melakukan trick or treat, menggelar perayaan di rumah berhantu, dan perayaan lain, untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Tahun 1918, Los Angeles County melakukan hal serupa. LA Times melaporkan Otoritas Kesehatan mengeluarkan larangan pada 30 Oktober 1918, saat pandemi gelombang kedua flu Spanyol mencapai puncaknya.

Pandemi flu Spanyol saat itu menewaskan 50 juta sampai 100 juta jiwa di seluruh dunia, dan ratusan juta lainnya terjangkit dan menderita.

“Puncak kematian flu Spanyol di AS tahun 1918 terjadi sebelum Halloween, tapi gelombang pandemi berikutnya makin marah,” kata Carolyn Orbann, profesor di Departemen Ilmu Kesehatan Universitas Missouri-Columbia.

Tingkat kematian tertinggi pandemi flu Spanyol di AS terjadi dari Oktober sampai Desember, virus bermutasi menjadi lebih mematikan dan terkonsentrasi di rumah sakit dan kamp militer.

“Sebelum 31 Oktober 1918, situasi di seluruh AS sangat suram,” kata Elizabeth Outka, profesor Bahasa Inggris di Universitas Richmond dan penulis buku Viral Modernism: The Influenza Pandemic and Interwar Literature.

Outka melanjutkan; “Seluruh toko, gereja, dan sekolah, tutup. Ada anggapan bahwa pertemuan publik bukan ide yang baik.”

Kegembiraan yang Membunuh

Seorang reporter lokal di Santa Ana, California, menulis artikel menarik soal Halloween 1918. Dalam artikel berjudul Halloween tanpa Suara, reporter itu menulis; “Suara yang ada di malam Halloween hanya rintih pasien sekarat.”

San Fransisco saat itu punya ribuan kasus flu Spanyol. Dewan Kota melarang pesta, dan menyebut Halloween berpotensi menjadi kegembiraan yang membunuh.

Pennsylvania melarang semua yang berbau Halloween, karena kekhawatiran penyebaran flu Spanyol. Latrobe Bulletin melaporkan pemerintah kota menurunkan petugas berpakaian sipil, untuk menangkap masyarakat yang membandel.

Di St Louis, komisaris kesehatan, menutup pesta Halloween, pertandingan sepak bola, dan semua pertemuan publik.

Surat kabar Buffalo melaporkan Rochester; “Kesenangan harus dibatasi. Jadi malam ini tidak akan ada Halloween.”

Denver juga mengantisipasi penyebaran flu Spanyol, dengan melarang warga keluar rumah dan menghibur diri. Tidak ada lagi menjepit ekor keledai yang ditutup matanya, atau apa pun.

Di Missouri, Halloween biaanya ditandai dengan melempar jagung kering ke rumah tetangga. Saat itu harga jagung sangat tinggi akibat pandemi, dan melempar jagung menjadi sesuatu yang mewah.

Sebagai gantinya anak-anak menyebar bulu putih yang keluar dari Cattails, di sekitar kolam.

Halloween 31 Oktober 1918 nyaris berlalu begitu saja. Arwah orang mati seakan tidak muncul, dan menakut-nakuti, karena warga terlanjut takut terpapar flu Spanyol.

Situasi serupa kemungkinan terjadi tahun ini. Itu pun jika warga AS benar-benar takut virus korona.

Back to top button