Crispy

Ketika Virus Korona tak Lagi Menakutkan

Wuhan — Penduduk Wuhan, ibu kota Propinsi Hubei, kini tidak lagi takut virus korna. Mereka tahu, cepat atau lambat akan tertular, dan yang mereka takutkan adalah tidak mendapat perawatan.

Amanda Price, dalam laporan jurnalistik yang dipublikasikan Korea Times, melaporkan antara orang sakit dan perawatan terdapat tembok yang nyaris tidak bisa ditembus.

Penduduk, kata Amanda Price, mengeluhkan sistem pelaporan yang kompleks, berjenjang, melibatkan manajer distrik, pejabat kota, dan otoritas pengendalian panyakit.

Mereka yang mengambil jalan pintas akan ditolak, dan tidak ada pengecualian untuk pasien yang di ambang kematian.

Seorang penduduk mengatakan jika Anda memperlihatkan gejala parah dan sekarat, Anda dianggap memenuhi syarat untuk dirawat. Jika tidak, Anda mungkin tidak akan dirawat.

“Atau jika Anda terlalud dekat dengan kematian, atau terlalu tua, rumah sakit memberi oksigen dan disarankan melakukan karantina sendiri,” ujar seorang warga yang dikutip Amanda Price.

Penduduk tidak tahu lagi ke mana harus mengeluh. Yang bisa mereka lakukan adalah menggunakan media sosial. Salah satunya Twitter.

Satu pesan Twitter untuk WHO, ditulis seorang warga, berbunyi; “Ingat, ini bukan angka tapi orang sungguhan. Sayangnya, masih ada beberapa orang tidak termasuk dalam laporan, dan kisah hidup dan mati mereka berada di luar statistik.”

South China Morning Post mempublikasikan perhitungan jumlah korban terinfeksi, tewas, dan tersembuhkan. Wordometer melakukan lebih baik, dengan memperbarui data real time.

Angka-angka itu memiliki kekuatan. Memberi rasa aman. Ketika angka-angka itu meningkat dua kali lipat, muncul kepribatinan. Meningkat tiga kali lipat terjadi kepanikan. Itu adalah gambaran naluri manusia untuk bertahan hidup.

Namun berapa banyak manusia yang tersembunyi di belakang angka. Figur bisa dikaburkan, tapi wajah lebih sulit dilupakan.

Back to top button