Crispy

Pejabat Cina Akui Kemanjuran Vaksin Buatan Negerinya Rendah

  • Desember 2020, pakar Cina mempertanyakan vaksin yang dibuat dengan teknik mRNA.
  • Kini, seorang pejabat Cina mengatakan setiap orang harus mempertimbangkan manfaat vaksin mRNA untuk umat manusia.
  • Vaksin Cina dibuat dengan teknologi tradisional.
  • Muncul gagasan mencampur vaksin Cina dengan aksin mRNA.

JERNIH — Gao Fu, direktur Pusat Pengendalian Penyakit Cina, mengatakan vaksin Cina tidak memiliki tingkat perlindungan sangat tinggi, yang membuat Beijing mempertimbangkan mancampur dengan vaksin lain.

Beijing telah mendistribusikan ratusan juta dosis vaksin ke sejumlah negara, seraya mencoba meragukan keefektifan vaksin Barat.

“Kini kami mempertimbangkan apakah harus menggunakan vaksin berbeda pada jalur teknis berbeda untuk proses imunisasi,” kata Gao Fu kepda wartawan di Chengdu.

Peneliti Brasil menemukan tingkat efektivitas vaksin buatan Sinovac 50,4 peren. Sebagai perbandingan, vaksin buatan Pfizer/BioNTech ternyata efektif 97 persen.

Sejauh ini Beijing belum menyetujui penggunaan vaksin asing di Cina. Gao Fu juga tidak memberi rincian perubahan dalam strategi. Ia menyebutkan Barat menggunakan mRNA, teknik eksperimental pembuatan vaksin. Cina menggunakan teknologi tradisional.

“Setiap orang harus mempertimbangkan manfaat vaksin mRNA bagi umat manusia,” kata Gao Fu. “Kita harus mengikutinya dengan hati-hati, dan tidak mengabaikannya karena kita sudah punya beberapa vaksin.

Pernyataan Gao berkebalikan dengan sikap sebelumnya. Desember lalu, seperti dikutip kantor berita Xinhua, Gao mempertanyakan keamanan vaksin mRNA. Dia tidak dapat mengesampingkan efek samping negatif vaksin mRNA karena digunakan kali pertama pada orang sehat.

Media pemerintah Cina, serta blog-blog kesehatan dan sains populer, juga mempertanyakan efektivitas Pfizer yang menggunakan mRNA.

Muncul gagasan mencampur vaksin dan imunisasi berurutan. Para ahli mengatakan cara ini dapat meningkatkan efektivitas vaksin.

Percobaan mencapur vaksin sedang dilakukan di seluruh dunia. Peneliti Inggris, misalnya, sedang mempelajari kombinasi vaksin Pfizer dengan AstraZeneca.

Back to top button