Crispy

Pendiri BioNTech Ingatkan Adanya Kesenjangan Pasokan Vaksin

  • Ugur Sahin mengkritik Uni Eropa yang lambat memberi persetujuan vaksin.
  • Jerman kelabakan karena harus mengundur vaksinasi akibat tidak adanya persetujuan.
  • BioNTech dan Pfizer bangun pabrik baru untuk mengatasi kesenjangan pasokan.

JERNIH — Ugur Sahin, ilmuwan BioNTech dan pembangun vaksin yang diproduksi Pfizer, mengingatkan akan adanya kesenjangan pasokan sampai vaksin lain diluncurkan.

“Saat ini kelihatannya tidak bagus,” kata Sahin, yang bersama istrinya mengembangkan vaksin Covid-19, kepada Der Spiegel. “Kesenjangan muncul karena kurangnya vaksin lain yang disetujui, dan kami harus mengisi kesenjangan itu.”

BioNTech adalah start-up teknologi Jerman yang memimpin perlombaan vaksin Covid-19, tapi vaksin buatannya terlambat tiba di Eropa karena kelambatan persetujuan dari regulator kesehatan.

Keterlambatan itu mengkhawatirkan Jerman. Semula, Jerman menargetkan inokulasi digelar 27 Desember 2020, agar tidak banyak wilayah terkena lockdown.

Kini, vaksin buatan BioNTech yang diproduksi Pfizer mendapat validasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan dapat diakses semua negara. Vaksin Moderna diharapkan mendapat persetujuan European Medicines Agency (EMA) 6 Januari 2021.

Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn mendesak EMA segera menyetujui vaksin AstraZeneca-Oxford. Di Inggris, vaksin AstraZeneca-Oxford telah digunakan untuk vaksinasi.

Sahin mengatakan vaksin BioNTech-Pfizer menggunakan messenger RNA untuk menginstruksikan sistem kekebalan tubuh melawan virus korona. Vaksin ini harus mampu mengatasi varian virus korona yang terdeteksi di Inggris, dan lebih menular.

“Kami sedang menguji apakah vaksin kami mampu menetralkan varian virus korona,” kata Sahin.

Menjawab pertanyaan apakah vaksin mampu mengatasi mutasi virus menjadi lebih ganas, Sahin mengatakan; “Itu dimungkinkan dengan mengubah vaksin dalam enam pekan untuk mengatasi kebutuhan, namun perlu persetujuan tambahan.”

Jalur Produksi

Sahin mendirikan BioNTech bersama Oezlem Tuereci, istrinya. Tuereci adalah kepala petugas medis perusahaan.

Keduanya mengkritik keputusan Uni Eropa (UE), dan menyebarkan pesanan dengan harapan lebih banyak vaksin disetujui.

AS memesan 600 juta dosis vaksin BioNTech-Pfizer. UE memesan lebih dari setengahnya.

“Tidak mungkin mengirim pesan secepatnya,” kata Tuereci kepada Der Spiegel. “Saat ini sudah terlambat melakukan perintah lanjutan.

BioNTech berharap meluncurkan lini produksi baru di Marburg, Jerman, Februari 2021 yang dapat menghasilkan 250 juta dosis pada paruh pertama tahun ini.

Pembicaraan sedang dilakukan dengan fabrikan kontrak tentang peningkatan produksi, dan harus ada kejelasan pada akhir Januari 20201.

Sahin juga mengatakan BioNTech akan membuat vaksinnya, yang butuh penyimpanan minus 70 derajat celcius, lebih mudah ditangani.

Vaksin generasi berikut BioNTech akan disimpan pada suhu lebih tinggi, dan akan siap akhir musim panas.

Back to top button