Crispy

Peringatan Sumpah Pemuda, Momentum Menangkal Masuknya Ideologi Radikal

“Seharusnya ide itu tidak berdasarkan suatu keagamaan, suku, ras maupun bahasa tertentu, tetapi membawa ideologi yang majemuk, itulah lahir suatu ideologi yang bernama Pancasila”

JAKARTA – Peringatan Sumpah Pemuda harus dijadikan momentum untuk mengajak masyarakat Indonesia khususnya pemuda-pemudi Indonesia menghayati dan mengamalkan nilai-nilai kebangsaan dan persatuan dalam menangkal masuknya ideologi radikal.

Demikian dikatakan Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Faisal Abdullah, di Jakarta, Senin (2/11/2020).

“Seharusnya ide itu tidak berdasarkan suatu keagamaan, suku, ras maupun bahasa tertentu, tetapi membawa ideologi yang majemuk, itulah lahir suatu ideologi yang bernama Pancasila. Dimana bangsa ini tetap kokoh dalam menjaga persatuan dan nilai-nilai kebangsaan,” ujar dia.

Ia menambahkan, kesadaran kebangsaan tidak boleh hilang dalam jati diri para pemimpin bangsa dan pemuda. Karena tumbuhnya kesadaran kebangsaan bukan suatu hadiah.

Oleh sebab itu, jika hal tersebut telah berkembang menjadi suatu paham, maka akan dapat membentengi dirinya dengan kesadaran kebangsaan tersebut. Sehingga tidak mudah terprovokasi ke hal-hal yang tidak sesuai.

“Rumah tangga itu awal membina suatu kesadaran berbangsa dan bernegara. Sehingga bukan hanya pemuda yang harus menjadi pelaku, tetapi juga anak dan orang tua,” katanya.

Untuk merefleksi kembali Sumpah Pemuda dalam kehidupan sehari-hari, lanjut Faisal, harus menemukan satu titik yang namanya satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa.

Menurutnya hal tersebut bisa diberikan dalam pendidikan dan pengetahuan bela negara dengan membentengi mereka dari bahaya-bahaya dektruktif, misalnya radikalisme atau narkoba.

Ia mengaku, masih banyak generasi muda yang mudah terprovokasi saat ini. Olehnya itu, apalagi dibiarkan akan sangat berbahaya bagi persatuan bangsa.

“Ini dikarenakan masih minimnya literasi yang dimiliki para anak muda, sehingga mereka mudah terprovokasi akibat adanya hoaks dan ujaan kebencian yang disebar melalui media sosial,” ujar dia.

“Salah satunya jalan adalah memperkuat kemampuan cyber kita, baik sebagai pengetahuan maupun sebagai bentuk alat untuk menangkal,” Faisal menambahkan.

Selain itu, Faisal juga menuturkan pentingnya sosialisasi melalui IT, karena banyak hoaks maupun ujaran kebencian yang beredar dimana-mana. Misalnya mengajak orang melakukan radikalisme, atau hoaks yang membawa suatu ideologi agama tertentu.

Disamping itu, para tokoh juga berperan penting dalam menguatkan ideologi bangsa.

Back to top button