Crispy

Seorang Yahudi Tewas, Empat Terluka dalam Serangan di Yerusalem

Korban tewas dalam serangan itu diidentifikasi sebagai Eliyahu David Kay, 26 tahun, dari Kibbutz Beer Yitzhak. Kay, yang pernah menjadi tentara Israel dan terlibat dalam penanganan warga Palestina itu, oleh media Israel digambarkan sebagai “lembut dan baik hati.”

JERNIH—Seorang pria tewas dan empat lainnya terluka dalam serangan penembakan yang dilakukan oleh seorang anggota Hamas di Kota Tua Yerusalem pada Minggu pagi.

Layanan penyelamatan Magen David Adom mengatakan bahwa dua dari yang terluka adalah warga sipil dan dua lainnya adalah petugas polisi perbatasan. Seorang pria dibawa dalam kondisi kritis ke Pusat Medis Universitas Hadassah di Gunung Scopus, Yerusalem dengan luka di kepala dan kemudian dinyatakan meninggal.

Seorang warga sipil kedua menderita luka sedang hingga berat dan petugas polisi perbatasan mengalami luka ringan.

Dua petugas polisi wanita bergegas ke tempat kejadian di dekat salah satu pintu masuk ke Temple Mount dan melepaskan tembakan ke arah penyerang. Dua petugas polisi kemudian datang memberikan bantuan.

Pria yang tewas dalam serangan itu kemudian diidentifikasi sebagai Eliyahu David Kay, 26 tahun, dari Kibbutz Beer Yitzhak. Kay, seorang imigran dari Afrika Selatan dipekerjakan sebagai pemandu untuk Yayasan Warisan Tembok Barat.

Seorang teman keluarga menggambarkan Kay, salah satu dari empat anak, sebagai “lembut dan baik hati.” Dia pernah bertugas di Unit Penerjun Payung sebagai tentara tunggal setelah pindah ke Israel beberapa tahun lalu. Orang tuanya pindah ke Israel kurang dari setahun yang lalu.

“Tidak ada kata-kata, ayahnya linglung,” katanya kepada The Jerusalem Post. “Dia anak yang baik, sangat sulit dipercaya. Itu adalah mimpi besar bagi keluarga untuk pindah ke sini. Mereka adalah orang-orang yang paling luar biasa, ini sangat mengejutkan.”

Dua warga sipil lainnya yang terluka diidentifikasi sebagai Rabi Zeev Katzenelnbogen yang berusia 46 tahun, ayah dari delapan anak, dan siswa yeshiva Aaron Yehuda Imergreen, yang dirawat di rumah sakit dalam kondisi serius di Pusat Medis Shaare Zedek.

Serangan, yang terjadi di Gerbang Rantai di Kota Tua, itu adalah yang kedua dalam waktu kurang dari sepekan. Pada hari Rabu, dua Polisi Perbatasan terluka ringan dalam serangan penikaman di Jalan Hagay di Muslim Quarter, dekat Ateret Kohanim yeshiva.

“Pagi ini terjadi serangan penembakan yang parah di Kota Tua Yerusalem. Saat ini satu orang tewas dan tiga orang luka-luka,” kata Perdana Menteri Naftali Bennett pada pembukaan rapat kabinet mingguan.

Bennett, yang mengirimkan bela sungkawa kepada keluarga pria yang meninggal, dan meminta warga Israel untuk berdoa bagi mereka yang terluka dalam serangan itu mengatakan, dia telah menerima kabar terbaru dari Menteri Keamanan Publik Omer Bar-Lev dan Komisaris Polisi Kobi Shabtai dan bahwa pasukan keamanan harus meningkatkan kewaspadaan mereka untuk menggagalkan serangan lebih lanjut.

“Ada tindakan yang sangat cepat dari pasukan kita, dua polisi yang berada di tempat kejadian dan yang dengan sangat cepat menetralisasi pelaku. Namun, ini adalah serangan kedua baru-baru ini di Yerusalem. Saya telah mengarahkan pasukan keamanan untuk bersiap dan waspada atas kekhawatiran akan serangan peniruan. Kita harus waspada dan mencegah serangan lebih lanjut,” kata Bennet.

Bar-Lev mengatakan bahwa penyerang bergerak melalui gang-gang dan menembak sesekali. “Untungnya, gang itu sebagian besar kosong karena jika tidak, akan lebih banyak korban. Seluruh insiden berlangsung 32 atau 36 detik. Tindakan petugas wanita secara operasional pada tingkat setinggi mungkin,” kata Bar-Lev.

Menteri Pertahanan Benny Gantz mengatakan bahwa dirinya memuji pasukan “yang bertindak cepat dan tegas dan menggagalkan serangan yang jauh lebih parah.”

Pada Minggu malam, MK Zionis Orit Struk dan Simcha Rotman bergabung dengan ratusan pemuda dari sejumlah gerakan sayap kanan melakukan pawai dan protes dari Gerbang Jaffa melalui pasar tempat serangan teror ke Tembok Barat. Protes berlangsung dengan persetujuan dan pengawalan dari dinas keamanan.

Petugas polisi di tempat kejadian melepaskan tembakan ke penembak, seorang warga Palestina di Yerusalem Timur, dan membunuhnya, menurut versi polisi. Dia kemudian diidentifikasi sebagai Fadi Abu Shkhaydam, seorang warga kamp Shuafat berusia 42 tahun di Yerusalem timur dan dikenal sebagai anggota Hamas. Istri dan putranya dikatakan telah meninggalkan negara itu beberapa hari sebelum serangan.

Bar-Lev yang tiba di lokasi serangan mengatakan bahwa Abu Shkhaydam datang untuk sholat di masjid al-Aqsa setiap hari dan pada hari Minggu dia tiba dengan Beretta M12 dan mulai menembak.

Dalam video dari tempat kejadian yang dibagikan di media sosial, sebuah suara terdengar berulang kali berteriak “tolong” dalam bahasa Ibrani, diikuti oleh beberapa ledakan tembakan.

Sebelum melakukan penyerangan, Abu Shehadam menulis dalam postingan Facebook bahwa “Tuhan menentukan takdir kita, tetapi kebanyakan orang tidak tahu. Pertanyaan tentang takdir kita adalah pertanyaan yang Tuhan tentukan, Tuhan dalam kebijaksanaan dan kebesaran-Nya, Dia memilih siapa pun yang Dia inginkan dan menyerahkan mereka kepada takdir mereka.”

Hamas dengan cepat mengambil tanggung jawab atas serangan itu, menyebutnya sebagai “operasi heroik” dan memperingatkan “musuh kriminal dan pemerintahnya untuk menghentikan serangan di tanah kami dan tempat-tempat suci kami. [Israel] akan membayar harga untuk kejahatan yang dilakukan terhadap Al -Masjid Aqsa, Silwan, Sheikh Jarrah dan tempat lain,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.

Pasukan keamanan Israel kemudian menggerebek rumah Shkhaydam dan sekolah Rashidiya tempat dia mengajar pelajaran agama di Yerusalem timur. Kerabatnya termasuk putrinya, saudara laki-laki dan keponakannya juga dilaporkan ditangkap oleh pasukan keamanan.

Kemudian pada Minggu sore, seorang warga Palestina berusia 18 tahun menikam seorang pria berusia 67 tahun di kota pesisir Jaffa, melukainya dengan luka sedang. Penyerang juga berusaha menikam istri pria itu sebelum melarikan diri dari tempat kejadian. [The Jerusalem Post]

Back to top button