Crispy

Sepanjang 2020, 59 Pekerja Media dan Wartawan Terbunuh

  • Meksiko masih menjadi negara paling berbahaya bagi wartawan.
  • Di Meksiko, wartawan bekerja di lingkungan pengedar narkoba.
  • Sebanyak 21 dari 30 wartawan terbunuh akibat tindakan balas dendam.

JERNIH — Organisasi Pendidikan, Sains, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-bangsa (Unesco) mengatakan setiap empat hari satu wartawan tewas terbunuh sepanjang tahun 2020.

Audrey Azoulay, direktur jenderal Unesco, mengatakan fakta ini memperlihatkan jarang sekali jurnalisme begitu relevan dengan demokrasi dan perlindungan hak asasi menusia, karena dunia sedang memerangi virus korona dan infodemik yang mengelilinginya.

Sepanjang 2020, 59 pekerja media dan wartawan tewas terbunuh. Empat di antaranya perempuan. Ini memperlihatkan akses informasi dan pelaporan faktual sebagai barang publik sangat penting.

Pandemi Covid-19, menurut Azoulay, menjadi ‘badai sempurna’ yeng mempengaruhi kebebasan pers di seluruh dunia. Padahal, melindungi jurnalisme adalah melindungi kebenaran.

Amerika Latin dan Karibia, bersama Asia dan Pasifik, mencatat jumlah kematian wartawan tertinggi.

“Impunitas atas kejahatan terhadap jurnalisme terus terjadi di hamir sembilan dari 10 kasus,” kata Unesco dalam pernyataannya. “Sepanjang tahun 2020 terjadi peningkatan.”

Tantangan keselamatan jurnalis, masih menurut Azoulay, diperburuk oleh pandemi Covid-19. “Krisis yang ditimbulkan pandemi Covid-19 mengancam kelangsungan hidup media profesional,” ujarnya.

Jumlah jurnalis yang tewas tahun ini meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya. Komite Perlindungan Wartawan (CPJ) mengatakan semua wartawan itu tewas terkait dengan pekerjaannya.

Rincinya, secara global 30 wartawan tewas sepanjang 2020. Sebanyak 21 di antaranya adalah pembunuhan balas dendam. Jumlah ini naik dari 10 dibanding tahun lalu.

Sedangkan jumlah kematian dalam pertempuran atau baku tembak turun ke level terendah dalam 20 tahun terakhir.

Joel Simon, direktur eksekutif CPJ, terkenut dengan pembunuhan wartawan yang meningkat dua kali lipat dibanding tahun lalu. Ia mengatakan semua ini merupakan kegagalan komunitas internasional menghapi ancaman impunitas.

Meksiko masih menjadi negara paling berbahaya bagi wartawan. Sepanjang 2020, lima wartawan mati. Empat di antaranya adalah pembunuhan balas dendam.

Wartawan yang bekerja di Meksiko berada di lingkungan pengedar narkoba yang sadis, dengan korupsi yang mengakar dalam.

Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador belum menunjukan kemauan politik untuk memerangi impunitas ini.

Back to top button