Crispy

Taggar berbau Islamophobia Kini Bermunculan Gara-gara Tabligh Akbar di India

INDIA – Tabligh akbar yang digelar pada 13 Maret lalu di lingkungan Nizamuddin di West Delhi yang dihadiri sekitar 8000 jamaah dari berbagai negara kini memunculkan diskriminasi kepada umat muslim India. Tabligh akbar tersebut berlangsung setelah Perdana Mentri Modi melarang pertemuan lebih dari 200 orang untuk mencegah wabah virus corona.

Acara tersebut menurut otoritas setempat menjadi hotspot utama penyebaran virus corona di India. Pemerintah mengatakan telah mengevakuasi 2.300 orang di Nizamuddin dan mengirim 1.800 dari mereka ke berbagai pusat karantina.

BBC mengabarkan bahwa kegiatan tabligh akbar tersebut kini telah memicu gelombang kemarahan yang diekspresikan dalam tagar berbau Islamofobia dan trending di Twitter sejak berita pertama kali muncul pada hari Senin.

Para pejabat percaya bahwa infeksi dimulai setelah kehadiran jamaah asing di acara tersebut, termasuk para pendakwah diantaranya beberapa dari Indonesia, Malaysia, Bangladesh, Kirgistan.

Polisi di Delhi kini mendakwa ulama dan enam pemimpin masjid lainnya karena mengabaikan peringatan pemerintah. Padahal panitia telah mengatakan bahwa mereka telah menangguhkan acara tersebut sebelum lockdown dan meminta semua orang untuk pergi.

Tetapi banyak yang terpaksa kembali ke lokasi karena Pemerintah India menangguhkan penerbangan internasional dan domestik, termasuk transportasi lainnya.

Meme Islamofob yang beredar misalnya ‘Cina sebagai produsen virus, dan Muslim sebagai distributornya’. Bahkan Mukhtar Abbas Naqvi, seorang menteri di Partai Bharatiya Janata, menyebutnya sebagai ‘kejahatan Talibani’.

Berita televisi India, yang sering dikritik karena penyampainnya yang memecah belah, juga turut memprovokasi dengan mengangkat berita utama, seperti “Selamatkan negara dari Corona Jihad” dan “Siapa penjahat Nizamuddin?”

Bahkan ketika ulasan tentang jamaah tabligh akbar muncul dalam berita nasional, beberapa taggar seperti #CoronaJihad dan #NizamuddinIdiots, mulai menjadi trending.

Perkembangan itu membuat umat Muslim kecewa karena muncul disaat semakin panasnya kerusuhan agama di Delhi yang dipicu undang-undang kewarganegaraan “anti-Muslim” yang kontroversial.

Omar Abdullah, mantan kepala menteri Kashmir, mengeluarkan beberapa tweet untuk mengecam retorika Islamofobia.

“Sekarang #TablighiJamat akan menjadi alasan yang nyaman bagi sebagian orang untuk menjelek-jelekkan umat Islam di mana-mana seolah-olah kami menciptakan & menyebarkan #COVID di seluruh dunia” tulis Abdullah dalm tweetnya

Tidak mungkin kejadian tabligh akbar tersebut dijadikan satu-satunya penyebab pandemi virus corona seperti yang dituduhkan oleh mereka yang anti Islam di India. Isi taggar yang mendiskriminasikan umat muslim itu menunjukan semacam ‘kedunguan’ yang mencolok.

Banyak contoh kegiatan keagamaan lainnya selain tabligh akbar yang diselenggarakan ketika lockdown diberlakukan. Misalnya Pada peringatan Ram Navami di Ayodhya, Kepala menteri negara bagian Uttar Pradesh yaitu Yogi Adityanath, hadir pada hari pertama lockdown ditetapkan secara Nasional.

Perayaan agama lainnya yaitu festival Hola Mohalla yang berlangsung dari 10 Maret hingga 12 Maret. Seorang imam Sikh bernama Baldev Singh yang baru pulang dari Jerman dan Itali tidak mengkarantina dirinya namun malah menghadiri acara tersebut.

Akibatnya, pihak berwenang kini mengkarantina setidaknya 40.000 orang di negara bagian Punjab, India karena adanya wabah koronavirus yang dikaitkan dengan Baldev Singh.

Selain itu, ratusan ribu orang merayakan telah merayakan Festival Holi yang digelar tanggal 9-10 Maret, padahal saat itu Perdana Mentri India Narendra Modi tahu akan bahayanya Pandemi Covid 19 yang timbul dari kerumunan masa.

“Alih-alih karantina corona, kita seharusnya memiliki karantina kebencian,” kata sejarawan Rana Safvi.

Back to top button