Crispy

Tuntaskan Terorisme, Begini Cara MUI Sulteng

“Menjadi PR (pekerjaan rumah) bagi Indonesia adalah pada aspek pencegahan dan pemulihan, karena pemulihan ini juga adalah anak tiri, dianaktirikan dalam proses radikalisme yang ada di Indonesia”

POSO – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Tengah mengklaim telah bekerja sama dengan Wisdom Institue untuk membina sebanyak 104 mantan narapidana teroris (napiter) yang berada di Kabupten Poso.

Pengurus MUI Sulawesi Tengah, Lukman S Thahir, mengatakan pemerintah harus memperbaiki aspek pencegahan dan pemulihan terorisme. Meski dunia mengakui Indonesia luar biasa dalam penanganan terorisme pada aspek penindakan.

“Menjadi PR (pekerjaan rumah) bagi Indonesia adalah pada aspek pencegahan dan pemulihan, karena pemulihan ini juga adalah anak tiri, dianaktirikan dalam proses radikalisme yang ada di Indonesia,” ujarnya di Poso, Minggu (4/7/2021).

Pemerintah harus melibatkan para mantan narapidana teroris untuk menyelesaikan masalah tersebut. Sebab, mereka adalah orang yang paham akan ruang lingkup dunia terorisme.

Dalam pembinaan itu, sebagai langkah awal, Lukman telah merangkul enam orang mantan napiter. Namun, ia tak langsung masuk ke deradikalisasi, sebab ada tiga metode pendekatan, yakni heart, hand, dan head. Bahkan dirinya tak akan langsung mencabut akar ideologi para mantan napiter lantaran dinilai akan gagal.

“Jadi kami mulai pertama dengan menyentuh hati mereka. Bagaimana membangun kepercayaan, bahwa mereka juga manusia yang mungkin pernah keliru tapi juga harus berempati dengan mereka, kami melebur dengan mereka,” kata Lukman.

Menurut dia, butuh waktu dua tahun agar dapat dipercaya oleh enam mantan napiter. Setelah kepercayaan terbangun, para mantan narapidana terorisme ini bakal menceritakan masalah hidup yang dialami, baik di dalam penjara maupun setelah bebas.

“Salah satu masalah dari mereka itu di antaranya masalah ekonomi, pemberdayaan ekonomi mereka,” kata dia.

Oleh sebab itu, pemerintah sebaiknya untuk melibatkan mantan narapidana terorisme dengan cara memberikan ruang dari segi pemberdayaan ekonomi, sehingga bisa menghidupi keluarga mereka.

Ia menambahkan, apabila heart dan hand sudah tercapai, baru kemudian proses deradikalisasi dimulai. Bahkan justru mantan napiter yang terkadang meminta. Hingga kini ke-enam mantan narapidana teroris itu akhirnya bisa membujuk dua anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) menyerahkan diri.

“Mereka sendiri yang minta ke saya bagaimana bicara soal islam, kebangsaan, ke-Indonesiaan,” katanya.

Back to top button