Crispy

Walikota Sadiq Khan akan Bongkar Semua Patung Pedagang Budak di London

  • Oxford telah lama gerah dengan patung Cecile Rhodes, pendiri negara apartheid Rhodesia.
  • Sadiq Khan masih akan melindungi patung Winston Churchil.

London –– Walikota London Sadiq Khan mengatakan patung adn nama jalan di ibu kota Inggris yang berkaitan dngan perbudakan harus dirobohkan.

“London memiliki kebenaran yang tidak nyaman dengan sejarah perbudakan, dan kota kita berutang kekayaan karena perannya pada perdagangan budak, dan itu tercermin di ranah publik,” kata Khan kepada BBC.

“Semua itu sengaja diabaikan, namun tidak bisa dilanjutkan,” lanjutnya.

Khan mengatakan telah membentuk komisi untuk meninjau lamdmark kota, dan memastikan keragamannya. Landmark itu tidak hanya patung, tapi juga nama jalan, mural, seni jalanan, dan monumen peringatan lainnya.

Semua ini terjadi setelah massa aksi protes Black Lives Matter di Briston merobohkan patung Edward Colston, salah satu pedagang budak terkenal di Inggris, dan menenggelamkannya ke sungai.

Saat aksi massa Black Lives Matter di London, aktivis menyerang patung Winston Churchil dengan grafiti. Khan mengatakan patung Churchil tidak bisa dimasukan ke dalam daftar yang harus ditinjau untuk dirobohkan.

“Masyarakat perlu dididik tentang tokoh-tokoh terkenal, betapa tidak satu pun dari mereka yang sempurna, termasuk Churchil, Gandhi, dan Malcolm X,” katanya.

BBC menyebut tiga patung yang kemungkinan bakal digusur. Yaitu, patung Sir Thomas Guy, Robert Milligan, dan Sir John Cass.

Guy mendapatkan kekayaan melalui kepemilikan sejumlah besar saham South Sea Company, perusahaan dengan bisnis inti perdagangan budak di koloni Spanyol.

Milligan adalah pedagang India Barat terkenal. Memiliki banyak budak, dan pendiri West India Docks — pusat perdagangan global. Patungnya berdiri di Museum London Docklands.

Sir John Cass adalah tokoh utama dalam pengembangan awal perdagangan budak, dan perekonomian budak jalur Atlantik. Ia berunding langsung dengan agen budak di Afrika dan Karibia.

Namun ada satu nama yang tidak disebut, yaitu Cecil Rhodes. The Guardian memberitakan mulai muncul protes di Oxford agar patung pendiri negara Rhodesia, kini bernama Zimbabwe, dirobohkan.

Rhodes datang ke Afrika untuk bekerja di tambang berlian. Dibantu N M Rothschild & Sons, setelah 17 tahun bekerja, Rhodes membeli operai penambangan berlian di area Kimberly.

Selama pertengahan abad ke-19, ia memonopoli perdagangan berlian. Ia menggali berlian, dan membangun jalur pemasaran di kota-kota di Eropa.

Ketika bisnis berlian mengalami kemunduran, Rhodes tetap yakin hamparan tanah biru yang dibelinnya menyimpan butir berlian dalam jumlah tak terbatas.

Ia mengambil alih perusahaan tambang kecil milik Afrikaaner, dan membangun De Beers Consolidated Mines, dan terus mencari berlian.

Ia masuk ke dunia politik di Cape, dan menjadi penguasa atas wilayah yang kelak disebut Rhodesia. Di tanah yang dikuasai, Rhodes menggebah penduduk asli kulit hitam dati tanahnya dan dijadikan pekerja.

Menurut Rhodes, orang kulit hitam harus dikeluarkan dari desa mereka agar mereka bekerja. Mereka mendapat upah, yang kelak akan membuat mereka mampu membeli kembali tanah mereka.

Rhodes benar. Penduduk kulit hitam mampu bekerja, mengumpulkan upah, dan membeli kembali tanah-tanah mereka. Namun, Rhodes menerapkan aturan lain, pembatasan kepemilikan.

Pembatasan kepemilikan tanah berkaitan dengan hak politik. Jelasnya, hanya pemilik tanah dengan luas tertentu yang memiliki hak pilih perwakilan.

Rhodes secara keji membangun pemerintahan apartheid Rhodesia. Tahun 1923, Rhodesia memisahkan diri dari Afrika Selatan. Tahun 1965 Rhodesia secara sepihak mendeklarasikan kemerdekaan dari Inggris, November 1965.

Ian Smith memimpin Rhodesia sampai 1979, sebelum mengakhiri pemerintahan kulit putih lewat perundingan.

Back to top button