Desportare

Duka Messi, Ambisi Benzema

Barcelona – Ada apa dengan malam Jumat 16 Juli di Camp Nou? Bukankah Osasuna hanyalah tim papan tengah yang bahkan merupakan tim promosi La Liga?

Bermain di kandang sendiri, walau tanpa penonton, buat klab selegendaris yang mantan juara La Liga musim 2018/2019 di atas kertas sudah pasti menang. Angka statistik menunjukkan Barca menguasai 80 persen laga. Bahkan ada 10 peluang dari tendangan pojok. Tapi kali ini tidak. Justru Osasuna mendaratkan bola tepat sasaran ke gawang lebih banyak ketimbang El Barca.

Osasuna membuat Camp Nou tambah membisu. Tidak ada pemain Barcelona yang melenggang mengulas senyum. Di babak pertama tempo baru berjalan 15 menit gawang Barca sudah dijebol Arnaiz. Messi baru bisa membalas 47 menit kemudian.

Semestinya permainan bisa dimenangi Barca. Apalagi Osasuna kehilangan satu pemain. Tinggal 10 orang. Kemungkinan besar seri kembali. Apa lagi sudah mauk ke menit 90. Nyatanya tidak. Perpanjangan watu 4 menit malah membuyarkan penambahan poin Barcelona agar memperoleh nilai 80.

Dan sesungguhnya, suka tidak suka, kekalahan dari Osasuna lah yang membuyarkan semua mimpi menjadi triple winner secara konsekutif selama tiga musim berturut.

Seandainya, Barca menang, peluang masih ada kendati kecil. Tentu dengan catatan, pertandingan ke 38 alias match pamungkas, Barca menang lawan Alaves dan Madrid kalah oleh Leganes.

Osasuna bak penghalang laju Barcelona. Sejak awal musim 2019, Osasuna menahan seri El Barca dengan skor 2-2. Pertandingan yang digelar di stadion El Sadar  pada 31 Agustus 2019 itu tak bisa dicuri Messi cs.

Osasuna benar-benar membuyarkan mimpi Messi

Berbeda dengan Madrid. Osasuna benar-benar dibuat keteteran. Leg pertama di Santiago Bernabeu, tim asal Pamplona itu digasak 2-0. Leg kedua berlangsung sebelum wabah Covid-19 jadi pandemi. Di kandang lawan Madrid mengemas empat gol. Osasuna sempat menjarangkan satu gol.

Tak ayal, Messi pun angkat bicara soal situasi Barcelona yang babak-belur. “Kami kehilangan banyak poin yang seharusnya tidak kami lakukan. Kami sangat tidak konsisten,” komen pria 33 tahun ini.

Musim ini dari 37 pertandingan, El Barca mencetak kemenangan 24 kali. Bandingkan dengan musim lalu, mereka sukses meraih 26 kemenangan dengan poin 87.

Musim 2017/2018 bahkan sudah boleh merayakan kemenangan jauh hari. Poin mereka pun menembus 93.

Mari bandingkan lagi dengan periode 2016/2017 yang persaingan klasik Barca-Madrid juga terjadi. Bahkan sangat sengit, saling menempel. Madrid meraih poin 93, Barca 90.

Real Madrid memang tengah mendaki cepat di musim ini. Namun nasi sudah menjadi bubur. Gelar juara sudah berpindah kepada sang pesaing.

“Segalanya harus berubah,” ujar sang kapten Messi. Ia juga bilang Barcelona adalah tim lemah. Dan bisa dikalahkan dengan cara, “Intensitas dan antusias cukup,” lanjutnya.

Perubahan harus dilakukan di tubuh el Barca. Messi sudah mengisyaratkan hal ini. Tidak hanya pada para pemain, namun juga seluruh pengelola klab. “Kami adalah Barcelona, kami wajib memenangkan seluruh pertandingan,” tandas la Pulga.

Inikah saatnya kalahkan Messi sebagai top scorer?

Sementara di seberang, Real Madrid tak hanya merayakan kemenangan. Tetapi juga masih menyimpan asa satu lagi. Apa itu?

Apa lagi kalau bukan top skorer untuk Karim Benzema. Dua gol yang ia sarangkan ke gawang Villarreal adalah modal utama mendekati Messi. Keduanya terpaut dua gol kini.

Messi secara pribadi tentu tak mau gelar ini pun lepas ke tangan musuh bebuyutan. Sedang bagi Benzema, kapan lagi bisa menumbangkan pencetak gol terbanyak itu selama tiga tahun berturut. Tahun lalu, Benzema menguntit dengan selisih jauh sekali, 15 gol. Kini hanya 2 gol.

Ayo Madrid, beri peluang Benzema cetak hattrick. Apa jadinya jika Messi pun harus kehilangan segalanya di La Liga? (*)

Back to top button