Moron

‘Tragedi’ Dalam Podcast Deddy Corbuzier

Charlie Chaplin berkata bahwa hidup adalah tragedi jika kamu melihatnya dari dekat, tapi hidup itu komedi jika kamu melihatnya dari jauh. Seperti halnya konten youtube Deddy Corbuzier yang sering kali membahas ‘tragedi’ saat berbincang langsung dengan narasumbernya.

Sabtu, 20 Juni 2020 chanel youtube Deddy Corbuzier dibuka bukan oleh suara Deddy. Kata-kata pembuka ‘one, two, three… close the door’ tersebut diiringi oleh suara tawa perempuan yang sangat lepas. Lalu muncul dua sosok yang duduk di kursi ‘milik Deddy’ dan kursi bintang tamu.

Laki-laki yang duduk di kursi Deddy berpenampilan dan bergaya seperti Deddy, tapi postur tubuhnya lebih kecil. Sementara seorang perempuan yang merupakan bintang tamu mengaku sebagai Kalina, mantan istri Deddy, namun wanita tersebut bertubuh tambun.

Pada menit-menit awal, penonton dibuat terpingkal-pingkal oleh tingkah dan celotehan dua orang tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari komentar netizen. Namun, pada menit ketiga, sosok Deddy Corbuzier yang asli datang dan menyindir dua orang asing di ruang podcast tersebut. Kontan kedua orang tersebut jadi salah tingkah.

Setelah Deddy menggoda dua orang tesebut, akhirnya ia mengambil alih ‘Kursi Deddy’, dan Deddy KW (palsu) pindah ke samping Kalina KW. Podcast pun berlanjut dengan drama yang menyudutkan bintang tamu atau Kalina KW.

Deddy berkata jika bintang tamu harus bertanggung jawab dengan jawaban-jawabannya sebagai narasumber, sementara Deddy sebagai pewawancara, ia hanya bertanya sehingga tidak memiliki tanggung jawab atas isi wawancara tersebut.

Namun tekanan tersebut justru malah membuat Kalina KW yang jiper tertawa terbahak-bahak. Obrolan pun berlangsung dengan tawa, Deddy Corbuzier yang terkenal dengan image macho beberapa kali tampak menahan tawanya. Podcast tersebut lantas diberi judul “Brengsek! Apa-Apaan ini?”

Rupannya, Wandi Cagur dan rekannya, Mimin, telah membuat parodi podcast Deddy Corbuzier. Dua rekanan komedian tersebut membuat chanel youtube dimana Wendi berperan sebagai Deddy Corbuzier, dan Mimin sebagai bintang tamu yang disetiap episodenya memerankan bintang tamu yang diparodikan.

Jika podcast Deddy bernama ‘The Corbuzier’, maka podcast milik Wendi bernama ‘The Degdegzier’. Jika penonton Deddy bernama ‘Smart Peoples’, penonton Wendi ‘Cemas People’. Jika Deddy membuka dan menutup chanelnya dengan kata “One, two, three, Close the door”, Wendi sebaliknya “One, two, three. Open the door”.

Dan jika konten youtube Deddy Corbuzier membahas hal-hal yang penuh perenungan, pemikiran, membahas hal-hal faktual, penting, dan serius, Chanel Wendi murni hanya menghibur.

Dalam podcast Deddy tersebut, Wendi mengkonfirmasi bahwa apa yang ia lakukan sudah mendapat izin dari Deddy Corbuzier sebagai Father of Youtube dari para penontonnya. Bahkan sebelum video tersebut diluncurkan, Wendi memperlihatkannya terlebih dahulu kepada Deddy.

Menurut Deddy podcastnya tersebut merupakan karya dan kekayaan intelektual, maka langkah Wendi meminta izin tersebut sudah tepat. Namun sebagai peran ‘bintang tamu’ juga harus meminta izin kepada orang yang diparodikannya.

Tujuan penayangan konten youtube ‘Brengsek! Apa-Apaan ini?’ tersebut memang memiliki banyak penafsiran. Namun parodi youtube yang dibuat oleh Wendi dan Mimin, cukup sukses menghibur.

Chanel youtube Wendi baru memiliki 216 ribu subscriber, tapi penontonnya mencapai 1,9 juta dalam satu episode. Bahkan ada netizen yang memberikan komentar bahwa dirinya belum menonton video youtube yang asli (milik Deddy) tetapi langsung menonton parodinya.

Hampir semua komentar mengatakan bahwa mereka suka dan tertawa-tawa saat menyaksikan parodi tersebut. Jika podcast milik Deddy mengajak penonton berfikir sementara chanel milik Wendi mengajak penonton tertawa dan sangat menghibur.

Menertawakan diri sendiri sebuah tragedi menyenangkan

Orang Indonesia cenderung senang tertawa dan suka menonton komedi. Dapat dilihat dari banyaknya kesenian rakyat yang bergenre komedi. Seperti ludruk, lenong, calung, dan masih banyak lainnya.

Hal tersebut tak dapat dipisahkan dari sejarah, ketika pada masa kerajaan dan kolonial rakyat mendapat banyak tekanan hidup, maka mereka mencari hiburan melalui kesenian rakyat yang menghibur, dan membuat tawa.

Hingga saat ini penikmat film komedi di Indonesia masih lebih tinggi jika dibandingkan genre film yang lainnya. Terlebih generasi milenial kini lebih memilih tontonan yang ringan.

Lifestyle menuliskan bahwa pada tahun 2016 penonton Indonesia naik 100% dari jumlah penonton tahun 2015, yaitu sebanyak 16,2 juta penonton, yang umumnya mereka adalah penonton film komedi.

Ada banyak jenis komedi, diantaranya slapstick, yaitu jenis komedi fisik yang mudah dicerna dan bermain dalam lingkup yang cukup luas, meliputi tiga hal yaitu, aniaya, celaka, dan derita. Jenis komedi ini paling banyak dijumpai dibanyak tradisi seni komedi rakyat di Indonesia. Komedi Self Desprecating jokes atau komedi mencela diri sendiri, jenis jokes ini umumnya digunakan para stand up comedy.

Komedi hitam atau black komedi, mengangkat observasi dari sisi gelap kehidupan. Komedi biru atau blue comedy yaitu komedi yang membahas tentang seks dan hal-hal yang tabu, barangkali jika di budaya sunda terkenal dengan istilah cawokah dan urang sunda termasuk salah satu jagonnya jorang.

Dan berikutnya adalah komedi karakter, yaitu menampilkan karakter yang lucu sehingga menimbulkan gelak tawa, meski sebenarnya seperti mentertawakan penderitaan fisik seseorang, seperti comedian Aziz Gagap, Tesi, Daus Mini, dan lainnya.

Charlie Chaplin berkata bahwa hidup adalah tragedi jika kamu melihatnya dari dekat, tapi hidup itu komedi jika kamu melihatnya dari jauh. Seperti halnya konten youtube Deddy Corbuzier yang sering kali membahas ‘tragedi’ saaat berbincang langsung dengan narasumber yang asli atau utama.

Seperti mengupas kisah Sara Wijayanto saat muda atau nanggap Widi saat Dwi Sasono tertangkap karena narkoba, semuanya berurai air mata. Namun saat dilihat dari perspektif lain, konten tersebut menjadi komedi. Nah, kita tunggu saja, apakah jumlah populasi cemas peoples akan lebih tinggi dari smart peoples?

Back to top button