POTPOURRI

Belanja Era ‘New Normal’ Di Pasar Tradisional

Pasar tradisional disebut-sebut sebagai kluster baru penyebaran covid-19. Beberapa pasar yang terbukti menjadi tempat penyebaran covid-19 di tutup sementara waktu. Hal tersebut membuat aktivitas ekonomi menurun.

Digitalisasi pasar pun mendesak untuk digalakan. Pemerintah pengelola pasar bekerjasama dengan beberapa pihak untuk membuat situs penjualan on line. Aktivitas jual beli dapat dilakukan dengan mengunggah salah satu situs yang telah disiapkan lalu akan terhubung dengan para pedagang.

Misalnya untuk belanja di pasar Panjalu dapat melaui web Pasar terdekat,yaitu : s.id/pasarpanjalu, maka akan terhubung dengan aplikasi whats app para pedagang.

Kemudian untuk proses transaksi akan berlangsung secara elektronik dan chasless atau menggunakan e wallet. Dan barang pun akan diantar langsung sampai rumah pembeli.

Namun, pasar bagi masyarakat Indonesia, bukan hanya tempat jual beli, tapi juga tempat kebudayaan. Banyak interaksi terjadi di pasar. Seperti pertukaran informasi dan silaturahmi.

Selain itu, pembeli seperti ibu rumah tangga biasanya lebih senang belanja langsung. Karena bisa menawar harga, melihat kualitas barang secara langsung. Daripada menitip ke orang lain atau melalui aplikasi.

Pada acara Bincang-Bincang Bersama, Metro TV yang tayang pada Sabtu (27/06/2020) host dr. Vito A. Damay menghadirkan Dokter Sarah Syima, anggota Junior Doktor Network (JDN) dan Abdulah Mansuri, Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) untuk membagi tips belanja aman dan nyaman di pasar tradisional.  

Abdulah Mansuri mengatakan pasar tradisional memang memiliki resiko penularan covid-19, namun pasar tradisional merupakan pusat distribusi pangan rakyat. Jadi menjaga pasar dari covid-19 adalah tugas yang penting.

“Sesungguhnya agar pasar itu aman, pedagang sehat dan agar fungsi pasar dapat berjalan, maka dari itu pembeli, pedagang, dan pemerintah harus bersama-sama menjaga pasar dari covid 19 dengan menggunakan protokol-protokol kesehatan yang sudah disiapkan”, sahut Abdulah.

Diakui oleh Abdulah para pelaku pasar tradisional memang sulit mengubah kebiasaan. Contoh kecilnya adalah taat menggunakan masker. Namun jika para pedagang tersebut ingin pasar tetap berjalan, mereka harus mau mengikuti protocol Kesehatan.

Pemerintah pengelola pasar telah mengadakan dan memperbanyak wastafel cuci tangan di depan pasar dan ujung-ujung blok. Tetapi masih ada kendala, seperti keadaan sabun cuci tangan di pasar yang dicampur dengan air.

Abdulah berharap ada pihak yang mau bekerja sama untuk pengadaan sabun atau masker untuk para pedagang. Baik itu masyarakat atau CSR.

Selain hal itu, Abdulah juga mengatakan bahwa antara pembeli dan pedagang akan diberi sekat plastic, sehingga pembeli tidak usah khawatir untuk berinteraksi dengan pedagang.

Mengenai digitalisasi pasar, Abdulah berkata bahwa hal tersebut adalah sebuah keniscayaan. Maka dirinya selaku pihak pemerintah pengelola pasar selalu mensosialisasikan dan menggalakan uang-uang elektronik. Tapi penggunaan uang elektronik di pasar tradisional sangat segmented.

Misalnya dengan metode gesek. Karena pihak bank memberikan limit, jumlah minimum pembelanjaan, maka hanya toko dengan produk tertentu saja yang bisa menggunakan metode tersebut. Seperti toko emas, pakaian. Sementara untuk sayur mayur dan barang pecah belah, masih menggunakan uang kertas.

dr. Sarah Syima memberikan tips agar belanja di pasar aman dan nyaman. Yang perlu dilakukan adalah, persiapkan tas atau kantong belanjaan dari rumah.

Siapkan beberapa kantong untuk memisahkan belanjaan. Misalnya untuk sayuran dipisahkan dengan daging, atau produk diterjen dan kosmetik, dan perabotan. Selain kantong tersebut dijamin kebersihannya, hal tersebut juga dapat mengurangi penggunaan kantong plastik.

Gunakan kantong yang dapat dan mudah dibersihkan kembali. Dapat menggunakan kantong belanja produk UMKM seperti anyaman. Selain bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, produk UMKM juga biasanya memiliki ciri khas daerah masing-masing, sehingga terlihat unik.

Hal lain yang harus disiapkan dari rumah  adalah catatan belanja dan uang pas yang sudah dibungkus plastik. Hal tersebut, dapat membuat waktu belanja lebih efisien, sehingga dapat mengurangi resiko penularan covid-19. Selain itu, juga dapat membuat belanja lebih hemat, karena sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang telah disiapkan.

Kemudian memakai masker yang pas. Karena jika tidak pas, tangan selalu ingin membenarkan posisi masker, sehingga dapat menyentuh area mulut dan hidung, padahal sebelumnya tangan kita gunakan untuk menyentuh barang-barang di pasar.

Selanjutnya membawa hand sanitizer. Ini untuk berjaga jika wastafel untuk mencuci tangan sulit dijangkau. Tetapi yang lebih utama adalah mencuci tangan dengan air yang mengalir dan sabun. Cuci tangan ini dilakukan setiap kali selesai melakukan transaksi.

Ketika di pasar, pilih kios yang tidak ramai. Jika kios sudah dikunjungi oleh empat orang maka lebih baik menunggu atau mencari kios lain yang lebih sepi. Jangan terlalu banyak berinteraksi. Dan selalu jaga jarak.

Setelah pulang dari pasar, simpan barang belanjaan pada satu tempat, jangan dicecer. Kemudian uruslah kebersihan diri sendiri, cuci tangan, mandi, dan keramas.

Barang belanjaan dapat diolah setelah semuanya dibersihkan sesuai standar kebersihan. Termasuk menggunakan pakaian yang bersih dan alat-alat memasak yang steril.

Back to top button