POTPOURRI

Lathi: Memanggil Setan dan Kekerasan Terhadap Perempuan

Jagat maya sedang dihebohkan oleh kolaborasi Weird Genius, yang terdiri dari terdiri dari Eka Gustiwana, Reza Arap dan Gerald Liu yang melibatkan Sara Fajira untuk menyanyikan lagu berjudul ‘Lathi’.

Dalam bahasa Jawa kuno Lathi berarti lidah atau ucapan. di Sunda juga terdapat kata ilat yang bermakna lidah.

Hal tersebut sejalan dengan pesan yang ingin disampaikan lagu, dimana terdapat lirik yang berbunyi “kowe ra iso mlayu saka kesalahan, ajining diri ana ing lathi” yang artinya : kamu tidak bisa lari dari kesalahan, harga diri seseorang ada pada lidahnya.

Singel tersebut dirilis 28 Februari lalu di berbagai platform digital, hingga saat ini telah ditonton sebanyak 47 juta kali.

Weird Genius memang sering mencantumkan budaya lokal dalam karya-karyanya. Lathi pun terdiri dari dua bahasa yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa Jawa.

Musik dibuat seimbang dengan alunan musik EDM (Electronic Dance Music) dan lirik bahasa inggris dengan elemen tradisional dari instrumen maupun bahasa Jawa.

Liriknya bercerita tentang toxic relationship yang didominasi kebohongan dan ego. Meski menekankan sisi gelap hubungan, tersirat makna tentang keberanian dan pendirian menghadapi hubungan yang tidak sehat.

Hal tersebut ditunjukan dalam lirik lagu dan vidio klip. Sara Fajira, sang vokalis yang juga menjadi model vidio klip.  Awalnya ia hanya menggunakan gaun polos putih, kemudian seorang lelaki menghampirinya, dan tubuh Fara kemudian terbelit rantai besi lalu bersimbah darah.

Kemudian video tiba-tiba berubah menjadi beberapa orang penari wanita yang berwajah ‘seram’ dan seorang wanita dengan kebaya ala jawa, serta penari kuda lumping.

Video klip yang artistik tersebut menginspirasi Jharna Bhagwani, seorang beauty vlogger untuk membuat Lathi Challenge. Dimana ia memoles riasan pada wajahnya dengan diiringi Lathi.

Riasan mula-mula memperlihatkan wajah seorang wanita yang cantik dan memakai pakaian tradisional nusantara. Tiba-tiba wajah cantik itu berubah menjadi wajah yang seram seperti hantu. Challenge tersebut kemudian viral dan diikuti oleh banyak warga net hingga ke negeri Jiran.

Namun ditengah ramainya apresiasi terhadap Lathi, seorang da’i dan publik figur asal Malaysia, Wan Dazrin dan Syed Bakri Al Yahya meminta umat Muslim di Malaysia untuk tidak mengikuti Lathi Challenge. Karena dianggap berbahaya untuk dijadikan hiburan dan dapat mengundang setan.

Mereka mengatakan bahwa Lathi challenge adalah haram. Menurut Wan Dazrin dalam twitternya menulis bahwa tarian itu syirik dan dapat memanggil setan. Ia mengatakan bahwa tarian tersebut setengah budaya Jawa yang syirik dan khufarat. Seperti memanggil roh kuntilanak serta roh kuda kepang.

Atas twit tersebut, Reza Arap selaku member Weird Genius merasa geram dan membalas pernyataan Wan Dazrin. Ia meminta Wan Dazrin untuk membuktikan perkataannya. Tapi jika tidak terbutki Wan Dazrin harus membuat video permintaan maaf.

Akhirnya, Wan Dazrin menulis sebuah twit pada hari Sabtu (6/6/2020) yang berisikan permintaan maaf dan tidak bermaksud untuk menyudutkan budaya Jawa, ia hanya hendak menasehati muslim di Malaysia untuk berhati-hati pada kepercayaan ritual.

Namun tetap saja, banyak masyarakat khususnya Jawa yang merasa sakit hati atas twit Wan Dazrin tersebut, meski telah meminta maaf. Pasalnya Wan Dazrin mengatakan bahwa budaya Jawa itu syirik, meski ia pun juga menuliskan bahwa budaya Jawa juga luhur.

Terkadang netizen atau masyarakat terjebak dengan suasana lagu. Tembang-tembang Jawa yang bernuansa sedih, sepi diidentikan dengan seram tanpa mengetahui makna dari syair lagu.

Contohnya lagu Lingsir Wengi gubahan Sunan Kalijaga. Tembang tersebut merupakat macapat durma yang maknanya adalah menolak bala dan menjauhkan dari gangguan mahluk halus.

Lingsir Winggi biasanya dinyanyikan setelah sholat malam. Namun karena nuansa lagu yang terdengar seram, stigma dimasyarakat lagu tersebut menjadi lagu pemanggil kuntilanak atau semacam mantra untuk memanggil roh halus. Terlebih setelah lagu tersebut muncul dalam salah satu film horor yang rilis pada tahun 2006 silam.

Begitu pun dengan lagu Lathi. Dalam chanel youtube Deddy Corbuzier, Eka Gustiwana selaku komposer mengatakan bahwa tembang Jawa dalam lagu Lathi menggunakan tangga nada pelog.

Selain musik, tampilan video klipnya pun sangat menarik. Penampilan seram seorang wanita yang muncul merupakan tampilan sisi gelap dari wanita tersebut yang misterius dan menarik untuk ditafsirkan

Namun, psikolog A. Kasandra Putranto, yang juga mengikuti challenge tersebut mengatakan, banyaknya perempuan yang mengikuti Lathi Challenge karena merasa punya konektivitas denga lagu Lathi.

Selain menampilkan kreativitas yang artistik, makna lagu trsebut mengandung dampak kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan tersebut dapat bersifat kekerasan fisik maupun psikologis seperti sakit hati, ketidakberdayaan, amarah, dan dendam.

Karena faktanya kekerasan seksual masih terjadi di Indonesia dan rantai kekerasan tersebut sulit diputuskan karena berbagai faktor seperti pernikahan dini, toxic relationship, kekerasan seksual, perdagangan manusia, dan lainnya.

Najwa Shihab dalam youtube chanel Narasi Tv yang berjudul Youtube Creators for Change-The Invisible Heroes Part 1 memaparkan data Komisi Nasional Perempuan tahun 2019 terdapat 4.000 lebih kasus kekerasan terhadap perempuan, termasuk kekerasan seksual.

Najwa mengatakan kekerasan seksual yang terjadi pada perempuan bagaikan mimpi buruk yang akan selalu menghantui. Jika banyaknya perempuan Indonesia mengikui Lathi Challenge yang kemudian dikoneksikan dengan kekerasan teerhadap perempuan, berarti apa yang terjadi pada perempuan-perempuan di Indonesia?

Back to top button