POTPOURRI

Sebuah Sekolah di AS Mengajarkan Kanibalisme dan Menormalkan Penyimpangan

  • Setiap siswa diperintahkan untuk mempertimbangkan memakan bayi.
  • Rak perpustakaan sekolah diisi novel vulgar yang mengajarkan pedofilia dan hubungan sesama jenis.
  • Tujuannya membuat kontroversi dengan membentukan dua kubu berlawanan.

JERNIH — Sebuah sekolah di negara bagian Georgia, AS, mengajarkan kanibalisme, pedofilia, hubungan sesama jenis, dan semua yang menyimpang.

Robert Bridge, penulis dan wartawan AS, dalam tulisan yang dipublikan Russia Today mengatakan semua ini adalah bukti betapa sistem sekolah di AS telah kehilangan plot.

Adalah sekolah menengah di Richmond Hills, negara bagian Georgia, yang mengajarkan kanibalisme. Setiap siswa diperintahkan untuk mempertimbangkan memakan bayi sebagai cara mengatasi kelaparan dunia.

Sebagai bagian dar pelajaran Bahasa Inggris inventif, menurut Robert Bridge, siswa ditugaskan menemukan cara membesarkan dan memakan bayi. Rhonda Thomas, pendiri dan presiden Truth in Education, menguraikan rincian tugas itu dalam wawancara mencengangkan dengan The New American.

“Ketika anak itu meninggal, kita tidak perlu lagi menyediakan tanah untuk memakamkannya,” kata Thomas. “Lempar saja bayi itu di atas panggangan, masak daging bayi, bikin hamburger lezat.”

Untuk produksi massal, masih menurut Thomas, Truth in Education akan mendorong pemeirntah AS membuat negosiasi bisnis dengan Cina yang mencoba mengurangi populasi. Caranya, minta Cina menyumbangkan anak-anak ke AS.

“Kami juga menerima semua anak-anak, termasuk dari panti asuhan,” katanya.

Wawancara berlanjut pada pembahasan penciptaan Dahmer Mini Camp. Motto kamp kecil ini adalah Anda adalah apa yang Anda makan.

Bagi yang belum tahu, Dahmer diambil dari nama Jeffrey Dahmer — pembunuh berantai berjuluk Kanibal Millwauke atau Monster Millwauke. Ia membunuh 17 pria dan anak-anak antara 1978-1991, dengan korbannya diperkosa, dimutilasi, dan disantap.

Dahmer tidak hanya membunuh dan menyantap kulit hitam, tapi juga menjadikan kulit putih sebagai sasaran.

Di luar Richmond Hill, Georgia, praktek radikal juga terjadi di sekolah distrik Fairfax, Virginia. Stacy Lengton, orang tua salah satu siswa, mengangkat topik tentang isi perpustakaan sekolah yang tidak sehat.

Lengton membawa dua buku dari perpustakaan sekolah, yaitu Lawn Boy dan Queer Gender. “Novel-novel ini berisi adegan pedofilia, seks sesama pria, dengan satu contoh seorang anak laki-laki kelas empat melakukan oral seks pada lelaki dewasa,” kata Lengton.

Alih-alih mendapat dukungan, Lengton justru diberi label teroris domestik, dan orang yang suka bertengkar. The Washington Post, corong utama Partai Demokrat, menyebut semua langkah ini adalah kesalahan besar.

My Friend Dahmer

Tahun 2012 muncul sebuah novel berjudul My Friend Dahmer. Buku itu adalah dokumentasi John Backderf, penulis remaja, dengan Jeffrey Dahmer sang kanibalis.

Satu sekolah distrik di Texas setuju mengijinkan siswa mengakses buku itu, tapi dengan syarat dukungan konseling. Setelah membaca novel itu, anak harus mengikuti konseling dengan guru.

Menurut Robert Bridge, sekolah-sekolah ini secara khusus dirancang untuk menormalkan penyimpangan dan kebejatan moral di kalangan anak-anak dan orang dewasa.

Sekolah, menggunakan gaya Luciferian, mengajak anak-anak sampai pada titik untuk tidak lagi menentukan benar dan salah, moral dan tidak bermoral, serta layak dan tidak layak. Sebab, tidak ada yang bisa menduga sepuluh tahu lagi sesuatu yang saat ini tidak dianggap tidak bermoral akan menjadi hal biasa.

“Ini kembali ke pembelajaran sosial-emosional. Ini mengejutkan sistem nilai mereka,” kata Thomas. “Mengejutkan emosi mereka untuk dapat menghancurkannya dan menjadikannya normal.”

Singkatnya, pembelajaran itu bertujuan menimbulkan kontroversi yang membutuhkan dua sisi berlawanan.

Back to top button