Solilokui

Belajar dari Kartini, Dewi Sartika, Rahmah Yunusiah, Cut Nyak Dien, Malahayati, Rohana Kudus, dan Perempuan-perempuan Hebat Lainnya*

Terkesan menonjol dari argumen yang diajukan adalah cara berpikir menang kalah ala zero sum game. Pilih yang ini, tolak yang lain.

Oleh   : Buroqi Tarikh Siregar

Sejak adanya internet, apalagi sejak ada sosial media di internet, setiap menjelang peringatan RA Kartini sering muncul wacana yang menggugat, mengkritik, atau mempertanyakan penetapan Kartini sebagai tokoh emansipasi. Gugatan, kritik dan pertanyaan diajukan dengan mengajukan tokoh-tokoh perempuan lainnya yang dianggap layak untuk dijadikan tokoh nasional. Terkesan menonjol dari argumen yang diajukan adalah cara berpikir menang kalah ala zero sum game. Pilih yang ini, tolak yang lain.

Padahal bisa juga dilihat dengan cara lain, yaitu dengan cara meningkatkan penghormatan kita kepada tokoh-tokoh perempuan Indonesia selain Kartini, tanpa mengurangi penghormatan kita kepada Kartini. Bukan kah kita seharusnya malu jika dalam perjalanan panjang sebagai bangsa ternyata kita hanya punya satu orang tokoh perempuan. Bukan kah semakin banyak tokoh perempuan semakin baik bagi generasi penerus bangsa karena mereka bisa belajar dan mengambil teladan dari banyak tokoh.

Kartini menjadi tokoh karena pergulatan intelektual dan spritualnya terekam dalam surat-suratnya. Kartini telah menunjukkan kelas intelektualitasnya dalam surat-suratnya. Tapi, tak semua perempuan Indonesia intens mendalami dinamika intelektual model Kartini. Perempuan kita ada yang bergerak di bidang pendidikan, jurnalistik, politik, penelitian, militer, dll.

Sejarah kita juga tidak hampa dari tokoh-tokoh perempuan di berbagai bidang. Dewi Sartika dan Rahmah El Yunusiah berjuang lewat jalur pendidikan. Rohana Kudus berjuang lewat jurnalistik. Cut Nyak Dien dan Laksamana menorehkan sejarah lewat prestasi di bidang militer.

Penting dipertimbangkan bahwa dengan semakin banyak tokoh maka semakin banyak pula pelajaran yang bisa diambil oleh generasi penerus. Perempuan Indonesia beragam. Biarlah perempuan Indonesia yang minatnya di bidang pendidikan belajar dari Rahmah Yunusiah dan Dewi Sartika. Biarkan perempuan Indonesia yang bergerak di bidang pemberitaan meneladani Rohana Kudus. Biarkan perempuan yang memilih masuk jalur militer dan politik belajar dari Cut Nyak Dien dan Malahayati.

Sudah saatnya pemerintah dan kita bekerja untuk mempromosikan juga tokoh-tokoh perempuan lainnya. Buat lah festival Rahmah Yunusiah. Adakan pekan Dewi Sartika. Buat acara napak tilas Malahayati sambil mengenalkan dunia bahari kepada generasi muda. Adakan lomba penulisan dalam mengenang Rohana Kudus. Kenalkan anak-anak kita dengan heroisme Cut Nyak Dien untuk membangun mental tak sudi menyerah. Tentu saja, dorong mereka untuk membaca surat-surat Kartini. Bacakan dengan lantang di depan kelas sebuah surat Kartini lalu diskusikan dengan seisi kelas.

Mudah-mudahan generasi muda kita tak kekurangan inspirasi dan keteladanan dengan banyaknya tokoh perempuan dari masa lalu agar kelak lahir kembali Kartini baru, Cut Nyak Dien baru, Rahmah Yunusiah baru, dan seterusnya. [ ]

*Maaf bila judulnya kepanjangan

Back to top button