SolilokuiVeritas

Generasi Perubahan

Adapun minoritas kreatif hari ini masih belum menampakkan usaha sengaja untuk mengangkat partikularitas sel-sel kreatif menjadi kebersamaan jaringan kreatif.  Kekuatan minoritas kreatifnya masih terpencar ke dalam unit-unit terkucil. Kehadiran media sosial baru dengan kencenderungan individuasi yang sangat kuat makin memperkuat tendensi ke arah atomisasi kekuatan-kekuatan kreatif.

Oleh   : Yudi Latif

JERNIH– Saudaraku, pengertian generasi dalam sosiologi tak sekadar merepresentasikan kolektivitas atas dasar kesamaan usia, tetapi juga kesamaan pengalaman, visi, dan panggilan kesejarahan yang membentuk kekuatan perubahan.

Yudi Latif

Tak ada generasi perubahan tanpa usaha kesengajaan. Generasi Sumpah Pemuda secara sengaja merespons tantangan kolonialisme dan feodalisme lewat penciptaan ruang publik, wacana publik, dan organisasi aksi kolektif yang mempertautkan minoritas kreatif yang berserak menjadi blok nasional pengubah sejarah (historical bloc).

Dengan mendirikan rumah penerbitan, koran, studieclub, sekolah dan jaringan pergaulan lintas kultural, mereka membentuk ruang publik baru sebagai wahana belajar sosial secara kolektif. Melalui penciptaan ruang publik, wacana publik dan kekuatan nalar publik, terbentuklah suatu konektivitas kolektivitas yang dalam kekuatan artikulatifnya menjadi katalis bagi perwujudan politik perubahan.

Adapun minoritas kreatif hari ini masih belum menampakkan usaha sengaja untuk mengangkat partikularitas sel-sel kreatif menjadi kebersamaan jaringan kreatif.  Kekuatan minoritas kreatifnya masih terpencar ke dalam unit-unit terkucil. Kehadiran media sosial baru dengan kencenderungan individuasi yang sangat kuat makin memperkuat tendensi ke arah atomisasi kekuatan-kekuatan kreatif.

Sesekali jaringan kesadaran yang merambat melalui media sosial memang bisa melahirkan kekuatan korektif.  Namun, kekuatan korektif ini, tanpa keberadaan agenda dan pengorganisasian bersama, sering kali hanya sekadar kekuatan reaktif yang lekas padam begitu daur isu memudar.

Tampak jelas, kemampuan mengorganisasikan gagasan secara publik-politiklah yang bisa mengangkat partikularitas kekuatan kreatif jadi kekuatan perubahan kolektif. Seperti kata Hannah Arendt, politiklah yang menjadi “ruang penampakan” (space of appearance) bagi ide-ide terpendam. Tanpa kesanggupan mengorganisasikan diri secara politik (tak mesti parpol), kekuatan-kekuatan kreatif hari ini, betapa pun besar jumlahnya, tak membuat ide mereka terungkap secara publik; tak mampu membangkitkan inspirasi kreatif bagi banyak orang; dan tak mendorong pengikatan bersama kekuatan progresif untuk bangkit membentuk generasi perubahan. [ ]

Back to top button