SolilokuiVeritas

Pahlawan Kreatif

Alhasil,  kreativitas  tak  sekadar menyangkut soal bakat. Orang berbakat hanya akan jadi pribadi  kreatif  bila menemukan  ekosistem  kreativitas  yang dihasilkan  oleh  interaksi sistemik  dari domain  simbolik (budaya kreatif), bidang pendukung, dan talenta itu sendiri. Kurang  berkembangnya  kreativitas  di  negeri  ini  karena  lemahnya dukungan politik terhadap reproduksi pengetahuan dan pengembangan minat-bakat,  pemuliaan  warisan  budaya,  serta  kegiatan  riset  dan pengembangan.

Oleh  : Yudi Latif

JERNIH– Saudaraku, di tengah mentalitas pecundang yang melumpuhkan prestasi bangsa,  seorang  musisi  prodigy  asal  Bali,  Joey  Alexander, mengibarkan  bendera  Indonesia  menjulang  tinggi  di  belantika  musik dunia. Pertama kali dalam sejarah Grammy Awards, seorang bocah usia 12 tahun  dinominasikan dalam dua kategori  Grammy, untuk pencapaian luar  biasa  dalam  kreativitas  improvisasi musik jazz.

Yudi Latif

Dengan jalur berbeda, Alif Gustakhiyat (Alip Ba Ta), gitaris fingerstyle Indonesia, meraih popularitas di pentas dunia melalui unggahan di media sosial. Dengan kesederhanaan hidup sebagai supir forklift dan kebersahajaan penampilan, sentuhan magic permainan gitar akustiknya menghipnotis banyak jiwa seantero dunia, yang  mengharumkan bangsa.

Di luar itu, ada jutaan anak berbakat  lainnya terus terpendam. Tak seberuntung Joey yang menemukan ekosistem kreativitas yang kondusif, bahan-bahan “batu mulia” lainnya tetap  teronggok  di  tempatnya  tanpa  wahana yang bisa menggosoknya jadi permata.

Alhasil,  kreativitas  tak  sekadar menyangkut soal bakat. Orang berbakat hanya akan jadi pribadi  kreatif  bila menemukan  ekosistem  kreativitas  yang dihasilkan  oleh  interaksi sistemik  dari domain  simbolik (budaya kreatif), bidang pendukung, dan talenta itu sendiri.

Kurang  berkembangnya  kreativitas  di  negeri  ini  karena  lemahnya dukungan politik terhadap reproduksi pengetahuan dan pengembangan minat-bakat,  pemuliaan  warisan  budaya,  serta  kegiatan  riset  dan pengembangan.

Negara  ini  juga  tak sungguh-sungguh menggalang politik  kebudayaan  yang  dapat memperluas  bidang  pendukung  kreativitas,  seperti infrastruktur riset dan pustaka, gedung pertunjukan dan pameran,  sarana  tekno-estetika,  studio seni,  pusat  inkubasi,  komunitas  epistemik,  gugus  kendali  mutu, jaringan media, galeri, kurator, kritik seni, serta promosi budaya secara internasional.

Sebagai bangsa multikultur dengan kelimpahan warisan tradisi budaya, Indonesia berpotensi sebagai superpower budaya dunia. Namun, tanpa  dukungan  politik  kreativitas,  banyak  anak  berbakat  lekas  layu sebelum berkembang atau berhenti sebagai jago kandang. [ ]

Back to top button