Solilokui

“Percikan Agama Cinta”: Kita Semua, Terus-menerus Menuju Tuhan

Yakinlah, jiwa itu terdiri dari kebaikan dan semangat ketuhananan. Dalam diri manusia tersimpan hubungan cinta abadi dengan Tuhan. Dengan potensi universal itu, manusia terus bergerak: menuju tahap kesempurnaan.

JERNIH– Saudaraku,

Aku yakin. Dalam pandangan-dunia tauhid, kehidupan merupakan bentuk tunggal. Tuhan, alam semesta, dan manusia mempunyai kesamaan kehendak. Ya, memiliki satu kesadaran, ide-ide, tujuan-tujuan. Tuhan, alam, dan manusia disatukan secara berarti dalam asal-usul serupa. Semua makhluk penghuni semesta merupakan refleksi kebesaran Tuhan, Sang Mahacinta. Tuhan ber-tajālli: mewujud kosmos setara.

Deden Ridwan

Aku paham. Segala bentuk diskriminasi manusia atas dasar ras, kelas, darah, kekayaan, kekuatan, jabatan, sama sekali tidak bisa dibenarkan. Itulah sebentuk perbudakaan modern. Musuh-musuh nyata kemanusiaan. Maka, anggapan semesta penuh perpecahan, pertentangan, kontradiksi, dan perbedaan menjadi absurd.  Singkirkan jauh-jauh pikiran semacam itu dari hidupmu. Karena itu, sesungguhnya wujud perbuatan syirik. Menyekutukan Tuhan, mencederai hakikat cahaya-Nya.

Aku sadar. Dengan konsep tauhid itu, manusia memendam otonomi untuk bertindak sekaligus bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Manusia memiliki kemerdekaan. Menyimpan martabat tinggi. Selama ia tak terperangkap ilusi penjara-penjara ego.

Ketahuilah. Ada dua model manusia di alam ini: insan dan bashar. Insan adalah manusia dalam tahap sempurna (becoming). Insan berbeda dengan bashar. Insan sendiri bisa menjadi sempurna selagi terus diusahakan tanpa lelah. Sedangkan bashar adalah manusia yang masih berada dalam tahap makhluk biasa (being). Ia terpenjara citra ego yang menuhankan gemerlap benda-benda mati. Mewujud binatang berkaki dua, berjalan tegak lurus di muka bumi.

Renungkanlah. Tatkala Tuhan meniupkan ruh.  Demi sekuntum manusia. Memberinya kepercayaan. Yakinlah, jiwa itu terdiri dari kebaikan dan semangat ketuhananan. Dalam diri manusia tersimpan hubungan cinta abadi dengan Tuhan. Dengan potensi universal itu, manusia terus bergerak: menuju tahap kesempurnaan.

Sadarlah. Itulah gerakan manusia yang berlangsung terus-menerus menuju Tuhannya. Gerakan ke arah revolusi kesempurnaan (takamūl) dan peninggian (ta’āli). Kualitas tinggi seperti itu tidak dialami dalam sosok bashar.  Karena dalam diri bashar, kesadaran diri sebagai senjata ampuh menuju Tuhan, dikerdilkan. Manusia jatuh dalam kehinaan abadi. Ternista perbuatan dirinya sendiri. [Deden Ridwan]

Back to top button