Solilokui

“Percikan Agama Cinta”: Koruptor: Para Pembunuh Nurani

Tapi ingatlah. Raih semua itu secara benar, bukan lewat korupsi. Karena penggelapan itu, melawan hati nurani. Membunuh rasa keadilan. Menyengsarakan rakyat. Mendzalimi diri-sendiri. Pun khalayak.

JERNIH–Saudaraku,

Kejarlah kedudukan setinggi-tingginya. Level apa pun. Sesuai kesempatan. Jalan pikiranmu.

Bangunlah rumah sebagus-bagusnya. Seindah-indahnya. Di tengah kota, bukit, hutan, pegunungan. Sesukamu.

Deden Ridwan

Burulah harta sebanyak-banyaknya. Terhampar luas di atas dasar bebatuan: bumi maupun lautan. Fulus-fulusmu tak habis tujuh turunan.

Bayangkanlah mobil mewah sedekat-dekatnya. Berjejer. Pelbagai merek. Jenis. Model. Memenuhi sesak garasi rumahmu.

Tapi ingatlah. Raih semua itu secara benar, bukan lewat korupsi. Karena penggelapan itu, melawan hati nurani. Membunuh rasa keadilan. Menyengsarakan rakyat. Mendzalimi diri-sendiri. Pun khalayak.

Sadarlah. Jabatan dan harta, jangan sampai membuatmu lupa kepada Allah SWT, Sang Mahakaya. Menakhlikkanmu diperbudak olehnya hingga lupa daratan. Takabur. Bahkan, menggelapkanmu jalan pulang ke kampung ilahi (nanti).. 

Renungkanlah. Keindahan materi itu mesti engkau maknai sebagai wahana demi memuliakan sesama manusia semata.

Menjadi proses evolusi eksistensial manusia menuju Tuhan-nya; memaknai secara total arti kepasrahan seorang abd’ (hamba); menyadarkan (kembali) nilai-nilai kemanusiaan (humanitarian) secara kokoh…

Inilah barangkali makna doktrin tauhid-humanis-holistik: yang sakral hanya Tuhan, selainnya profan. Dalam konteks itulah, memburu harta atau kedudukan tidaklah dilarang, tapi itu hanyalah sarana engkau menuju cinta-Nya. Semakin menggila pada perasaan dan penderitaan orang lain.

Saudaraku, mari kita maknai riuh-rendah dan pernak-pernik simbolis kenikmatan dunia itu secara eskatologis. Jadilah orang kaya bermanfaat sekaligus bermartabat. [Deden Ridwan]

Back to top button