Solilokui

Percikan Agama Cinta : Menjadi Rahmat Bagi Semesta

“Ayahku yang bijaksana itu, pantas memiliki jemaat seperti Anda. Sebab ia merelakan aku menjadi mualaf dan mengikuti ajaran Nabi akhir zaman. Ia mungkin tak pernah tahu aku melakukan hal sederhana ini. Tapi ia tahu aku benar-benar ingin membuktikan keyakinan menjadi seorang Muslim, sama dengan rahmat bagi semesta alam.”

JERNIH– Saudaraku,

Seorang sopir taksi di Rumania, rutin mengantarkan seorang nenek tua ke gereja, saban Ahad pagi. Ketika penumpangnya turun, ia tak pernah mau menerima ongkos–tanpa memberi penjelasan apa pun.

Ia akan kembali lagi ke gereja menjemput si nenek, tepat pada jam yang sama. Perilaku anehnya ini terus berlangsung hampir tiga tahun, dan telah menjadi buah bibir di kalangan gereja.

Deden Ridwan

Ketahuilah. Ia dan si nenek bahkan menjalin hubungan hangat, nyaris seperti cucu yang sedang bertugas mengantar neneknya pergi beribadah. Para jamaah semakin penasaran pada sosok pemuda ini, manakala mereka mengetahui bahwa ia adalah seorang Muslim taat.

Di Eropa, soal perbedaan agama memang tak menjadi perkara. Hal semacam ini masih terbilang biasa. Tapi bekerja tanpa berharap imbalan, dan dilakukan bertahun lamanya, jelas termasuk luar biasa.

Pastilah. Keistikomahan mereka dalam menjalani rutinitas masing-masing, membuat para penganut Kristen dan Islam kian bertambah kagum. Apalagi usia mereka terpaut jauh sekali. Sebuah perpaduan unik yang tak bisa dibilang kebetulan.

Simaklah. Pada suatu hari jelang Paskah, si nenek akhirnya memberanikan diri bertanya pada pemuda misterius itu, terkait latar belakang perbuatannya.

“Anak muda, kenapa kau berkenan mengantarku selama ini ke gereja, tanpa mau menerima ongkos perjalanan?”

“Aku hanya senang melakukannya, Nek,” jawab si pemuda enteng.

“Kukira jawabanmu terlampau dibuat-buat. Pasti ada alasan yang lebih meyakinkan.”

“Kenapa nenek bertanya hal itu?”

“Aku hanya ingin tahu jawabanmu, secara jujur.”

“Tak lebih?”

“Ya.”

“Baiklah, akan kuberitahu. Kenapa aku mengantar nenek dengan sukarela, karena nenek adalah jemaat dari ayahku.”

“Hah? Apa aku tidak salah dengar, Anak muda?”

“Nenek mendengar jawaban yang sebenarnya. Aku kagum padamu dan ayah. Mau tetap beribadah untuk Tuhan, di tengah kehidupan modern yang begitu merisaukan.”

“Justru aku yang kagum padamu,” ujar si nenek dengan mata berkaca-kaca.

“Ayahku yang bijaksana itu, pantas memiliki jemaat seperti Anda. Sebab ia merelakan aku menjadi mualaf dan mengikuti ajaran Nabi akhir zaman. Ia mungkin tak pernah tahu aku melakukan hal sederhana ini. Tapi ia tahu aku benar-benar ingin membuktikan keyakinan menjadi seorang Muslim, sama dengan rahmat bagi semesta alam.” [Deden Ridwan]

Back to top button