Solilokui

“Percikan Agama Cinta”: Menyemai Kepedulian, Mewakafkan Perhatian

Kita menginsafi: tak mau hanya khusyu’ bertasbih di sudut masjid, sementara saudara, tetangga atau siapa pun, anak-anaknya murung karena tak bisa menikmati sekolah.

JERNIH– Saudaraku,

Cobalah terbang ke alam imajinasi. Berjalan di atas air yang bening. Tataplah bayangan-bayangan diri kita sejenak: apakah sebenarnya yang kita rindukan?

Kita adalah anak manusia. Kita bukan setan, bukan pula malaikat.  Kita menyadari: tak selamanya salah. Kita menginsafi: tak mau hanya khusyu’ bertasbih di sudut masjid, sementara saudara, tetangga atau siapa pun, anak-anaknya murung karena tak bisa menikmati sekolah. Terjegal oleh keangkuhan kita yang terlampau egois. Kelewat sibuk memikirkan diri-sendiri.

Deden Ridwan

Kita layak terus bergerak. Menyemai kebaikan di mana-mana, tak peduli apa pun risikonya. Kita patut mewakafkan waktu demi ombak yang terus menari menyapa matahari. Bagaikan membuang garam ke lautan. Walaupun air laut sudah asin, tapi itulah sebentuk partisipasi.

Jangan main-main dengan kebaikan, sekecil apa pun. Sangat bermakna. Tuhan menegaskan itu dalam firman-Nya. Kita mesti bangkit melawan keinginan. Membangkah keangkuhan diri. Tak kenal lelah. Menapaki jalan bijak. [Deden Ridwan]

Back to top button