Solilokui

Sungai di Belakang Rumah

Program Citarum Harum tampaknya bikin jeri industri di sepanjang sungai dalam kaitannya dengan pembuangan limbah. Industri tidak berani lagi mewarnai sungai dengan limbah tekstil berwarna-warni. Air sungainya tidak lagi kehitaman, tetapi lebih natural kecoklatan.

Oleh  :  Agus Kurniawan

JERNIH– Saat belajar menulis beberapa puluh tahun lalu, saya pernah membuat tulisan yang judulnya persis seperti di atas.

Waktu itu saya ingin bercerita tentang Sungai Cisangkuy, anak Sungai Citarum, yang terpolusi berat. Warnanya kadang hitam pekat. Kadang kayak lagu “Balonku”: kuning, biru, merah, hijau, tergantung  limbah pewarna tekstil yang dibuang oleh pabrik. Tapi itu dulu.

Sayangnya tulisan itu tak pernah selesai. Berhenti pada dua paragraf saja. Sampai temen baik saya –yang suka meminjam komputer– menemukan draft itu, lalu meneruskannya sesuai versi dia. Tahun-tahun berikutnya, kalau ketemu saya, dia suka mengejek, “Sudah kelar sungaimu itu?”

Agus Kurniawan

Sungai Cisangkuy mengalir mengiringi Jalan Raya Banjaran, Kabupaten Bandung. Muaranya di Sungai Citarum pada segmen Kecamatan Dayeuh Kolot. Persoalannya, saat Citarum banjir besar, Cisangkuy tak bisa buang hajat. Airnya tak melaju. Akibatnya, desa-desa di sekitar sungai itu dilimpahi luapan.  Setidaknya banjir Sungai Cisangkuy selalu memutus lalu lintas dari Kota Soreang ke Pengalengan.

Pada tahun 2019 pemerintah, melalui PUPR, membuat terobosan. Mereka merekayasa sodetan (floodway) sepanjang hampir dua kilometer. Sodetan ini membagi arus Cisangkuy ke sungai lain yang bermuara di Citarum lebih ke hilir, di sekitar Kecamatan Ketapang.

Selain membangun floodway, sungai “baru” yang ke hilir itu juga dinormalkan menyerupai kanal sepanjang 10 km, lengkap dengan bibir beton dan jalan inspeksi. Dengan pembelokan arus ke hilir ini diharapkan arus air bisa memintas langsung ke hilir, dan tidak membebani lagi Citarum di segmen Dayeuh Kolot. Dan banjir tahunan yang melegenda di wilayah ini bisa teratasi.

Sore tadi adalah kesekian kalinya saya menyisir bibir kanal baru itu sejak dimulainya pembangunan. Jika beberapa bulan sebelumnya kanal masih belum selesai, tadi sudah hampir sempurna. Kanal sudah bisa mengalirkan air tanpa hambatan. Tinggal jalan inspeksinya yang sedang dikebut, tersisa beberapa km lagi.

Berbeda dengan masa lalu, kini sungai-sungai anak Citarum relatif lebih bersih. Program Citarum Harum tampaknya bikin jeri industri di sepanjang sungai dalam kaitannya dengan pembuangan limbah. Industri tidak berani lagi mewarnai sungai dengan limbah tekstil berwarna-warni. Air sungainya tidak lagi kehitaman, tetapi lebih natural kecoklatan.

Jika kanal ini dikelola dengan baik, tak muskil kelak akan jadi daerah wisata sungai yang elok. Khususnya wisata outdoor seperti jogging, bersepeda, atau kuliner, seperti yang sering kita saksikan di negara-negara maju, seperti Jepang atau Eropa. [  ]

Penulis bisa disapa di akun goeska@gmail.com

Back to top button