Solilokui

Tentang Seorang Bapak

Dalam kosmologi Jawa, terdapat adagium, “Bapa angkasa, ibu pertiwi”. Ibu dianalogikan sebagai bumi. Tempat berpijak. Tempat benih tumbuh. Mensuplai apa yang semestinya diperlukan: pemeliharaan dan penjagaan. Ibu adalah tanah tempat akar menghunjam kuat.

Oleh   : Agus Kurniawan

JERNIH– Kemarin sore saya mendengarkan cover tembang nina-bobo versi Jawa. Penyanyinya Siho, seorang youtuber,  yang suaranya memang sempurna. Penggalan syairnya cukup sederhana, kira-kira begini:

“…semoga kau raih kemuliaan, anakku

menjadi perempuan terhormat

menjaga nama baik orang tua

menjadi pendekar bangsa…”

Agus Kurniawan

Sembari melihat dari jauh anak perempuan saya belajar, saya pun ikut berdendang pelan-pelan, mengikuti intrumen gitar. Tiba-tiba –entah bagaimana awalnya– saya ingin menangis. Tak terbendung jua, saya pun akhirnya benar-benar menangis.

Anak saya kaget, lalu bertanya. Tapi saya tak bisa menjelaskan. Istri saya, yang rupanya paham situasi, mencoba menjelaskan, “Ayahmu terharu melihatmu sudah besar, Nak.”

Ketika remaja, juga persis saat saya belajar, tiba-tiba Bapak memeluk dari belakang. Menciumi kepala saya, lalu menangis. Karena segan padanya, saya tak berani bertanya. Setelah puluhan tahun lewat, kini saya paham apa yang Bapak rasakan.

Dalam kosmologi Jawa, terdapat adagium, “Bapa angkasa, ibu pertiwi”. Ibu dianalogikan sebagai bumi. Tempat berpijak. Tempat benih tumbuh. Mensuplai apa yang semestinya diperlukan: pemeliharaan dan penjagaan. Ibu adalah tanah tempat akar menghunjam kuat.

Bapak adalah langit, arah yang dituju oleh dahan-dahan saat menjulang. Bak angkasa yang disemayami bintang-gemintang, bapak semestinya menjadi inspirasi visi dan cita-cita. Bapak adalah refleksi tentang keagungan dan kebesaran.

Seorang anak semestinya dengan bangga akan bilang, “Saya dzuriyah bapak saya. Saya keturunan bapak saya.” Tapi itu hanya bisa dilakukan jika bapaknya memang membanggakan. Sosok panutan, langit yang menginspirasi visi dan cita-cita.

Mungkin ini penyebab saya menangis. Saya merasa tak cukup membanggakan sebagai bapak.

Selamat hari bapak.[ ]

Penulis bisa dicolek pada akun goeska@gmail.com

Back to top button