Solilokui

Meringankan Mereka yang Tengah Kesulitan

Nilai-nilai kebajikan yang terkandung dalam tuntutan agama, saatnya kini dibuktikan. Dipraktikkan. Sabda Rasulullah Saw : “Tiga kunci Surga Firdaus, diperuntukkan bagi orang-orang yang menyebarkan salam (afsus salam), memberi makan orang lapar (it’amuth tha’am) dan mempererat silaturahmi (wasilul arham).”

Oleh H.Usep Romli HM

Mencegah penyebaran virus Covid-19, masyarakarat dianjurkan tinggal di rumah (stay at home). Tidak berkeluyuran ke sana kemari. Melaksanakan ibadah (salat) juga dinyatan lebih baik di rumah. Salat berjamaaah dan salat Jumat di masjid yang melibatkan banyak orang, ditiadakan untuk sementara berdasarkan fatwa Majelis UIama Indonesia (MUI) Pusat No.14/2020.

Namun, imbauan dan anjuran itu ternyata kurang efektif. Masih banyak warga bergerak di luar rumah. Bukan tanpa alasan. Terutama bagi masyarakat bermatapencaharian “koreh-koreh cok”. Dapat hari ini, habis hari ini. Mereka terus mencari nafkah seperti biasa. 

Usep Romli HM

Ada yang memaklumi tindakan “bandel” seperti itu. Ada juga yang sinis dan gemas, yang menganggap seolah-olah warga tidak tahu makna dan tujuan “stay at home”. Bahkan di suatu tempat, terpasang baliho bertuliskan kata-kata basa Sunda kasar begini “Stay at Home teh Ngajedog di Gogobrog”. Tulisan yang amat tak terpuji. Seolah-olah yang tak tinggal di rumah, tak mengerti. Padahal, semata-mata karena tuntutan kebutuhan mendesak. Terutama untuk makan sehari-hari.

Diakui atau tidak, “stay at home” bagi masyarakat kebanyakan, baik di perdesaan maupun di perkotaan, mengandung risiko sampingan. Katakanlah, kelaparan akibat kekurangan bekal. Akibat putus mata pencaharian “koreh-koreh cok”—selanjutnya kita sebut saja KKC sebagaimana Work From Home kini lebih ngetop dengan WFH. Tak heran jika muncul rumor pahit “Habis Corona, Terbitlah Busung Lapar”.

Kepedulian sesama warga, juga pemerintah, masih amat kecil. Kondisi “stay at home” dipukul rata saja. Seolah-olah semua warga dalam keadaan sama : pumya bekal cukup. Punya penghasilan mengalir.  

Inilah saatnya menumbuhkan kesadaran solider dan perhatian. “Stay at home” seharusnya menumbuhkan rasa sosial  amat besar. Minimal perhatian terhadap tetangga terdekat, yang sehari-hari  hidup seadanya. Malah mungkin pada kondisi biasa pun “dahar sore henteu isuk” (DSHI). Mengisi perut seadanya, sore bisa makan, pagi tidak.

Masyarakat Indonesia yang berjiwa Pancasila, dengan sila kemanusiaan yang beradab dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, seharusnya berada di garda terdepan mempedulikan tetangga, kerabat–yang dekat dan yang jauh, agar tidak menderita kelaparan dalam berjuang mencegah penyebaran virus Covid-19 melalui “stay at home”. 

Nilai-nilai kebajikan yang terkandung dalam tuntutan agama, saatnya kini dibuktikan. Dipraktikkan. Sabda Rasulullah Saw : “Tiga kunci Surga Firdaus, diperuntukkan bagi orang-orang yang menyebarkan salam (afsus salam), memberi makan orang lapar (it’amuth tha’am) dan mempererat silaturahmi (wasilul arham).”

Menebar salam dan mempererat silaturahmi sekarang terhambat oleh upaya pencegahan virus Covid-19. Tapi memberi makan orang lapar, masih menungkinkan karena tak membutuhkna interaksi lama dan kumpul-kumpul. Bisa dengan kontak perorangan. Satu orang relawan dermawan, datang ke satu  dua rumah. Membagikan sembako.            

Apalagi ajaran Islam mengajarkan betapa banyak taburan kebaikan dan kebajikan. Mulai dari sodaqoh, infaq, jariyah, wakaf, hingga menyantuni fakir miskin dan memberi makan-minum orang lapar. Semua mengandung pahala berlipat ganda, baik di dunia maupun akhirat.

Setiap Mukmin yang memudahkan suatu kesulitan seseorang  di dunia, maka Allah SWT akan memudahkannya di akhirat.  Sabda Rasulullah Saw: “Barang siapa memudahkan salah satu kesulitan di dunia dari seorang Mukmin, maka Allah akan memudahkan untuknya salah satu kesulitan di akhirat. Barang siapa memudahkan orang yang berada dalam kesulitan di dunia, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim di dunia, maka Allah akan menutupinya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong hambaNya selama hamba itu menolong saudaranya” (hadits sahih Muslim).

Rasulullah Saw, juga menyatakan, bahwa barangsiapa memberi tempo kepada orang yang dalam kesulitan, atau membebaskannya, niscaya Allah akan melindunginya pada Hari Kiamat di bawah perlindungan ArasNya tatkala hari itu tak ada perlindungan kecuali perlindunganNya” (Sahih Tirmidzi).

Ada seorang laki-laki meninggal, lalu masuk surga. Ia ditanya, perbuatan apa yang dikerjakannya (sehingga masuk surga). Ia menjawab, bahwa dulu berprofesi pedagang. Suka memberi tenggat kepada orang yang kesulitan membayar, dan sering membiarkan satu dinar atau satu dirham tidak dibayar. (Hadits sahih Bukhari dan Muslim).

Ada pula seorang laki-laki, yang suka meminjamkan uang kepada yang membutuhkan. Kepada anak buahnya yang bekerja sebagai  “debt collector”, ia berpesan, agar dalam menagih, memberi kemudahan kepada para pengutang. Jangan mempersulit. Ia berharap, dengan sikapnya itu, mendapat kemudahan dari Allah SWT. Ketika ia meninggal, Allah memaafkannya (hadits sahih Bukhari, Muslim dan Nasa’i).

Orang berutang, dan berniat segera membayar, maka Allah akan memperlancar niatnya. Namun jika orang berutang, sengaja  enggan membayar karena semata-mata ingin menghabiskan harta orang lain, maka Allah akan membinasakannya (hadits sahih Bukhari). Menurut Rasulullah Saw, utang ada dua macam. Yang pertama, yang berniat membayar, namun sebelum sempat, sudah meninggal. “Akulah walinya, “sabda Nabi Saw.

Sedangkan yang kedua, meninggal membawa utang tanpa punya niat membayarnya ketika hidup. Maka  kebaikannya akan diambil sebagai pembayarannya, pada hari tanpa dinar dan dirham, yaitu Hari Kiamat. (hadits sahih). Demikian paparan Syekh Al hafidz ad Dimyati (632-705 H) dalam kitabnya yang termashur  “Shahihul Matjarur Rabbih fi Tsawabi Amalish Shalih”.

Derita akibat “stay at home” nampak jelas. Mari kiita atasi, dengan kemurahan dan kedermawanan berbagi. Jauhkan sikap soliter (menyendiri), egois, kikir dan bakhil. Berkah Allah menyertai harta benda dan keluarga yang membelanjakannnya di jalan Allah (hadis sahih). Yaitu digunakan untuk membantu yang kekurangan, mengenyangkan yang kelaparan, menggembirakan yang kesedihan.

Nabi Saw menyatakan : “Bukan orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, yang tidur nyenyak  karena kekenyangan, sementara tetangganya tak dapat tidur karena kelaparan” (Hadis sahih riwayat Imam Bukhari).  [  ]    

Back to top button