Spiritus

Setetes Embun: Rambu Maria-Rambu Chiko

Penulis: P. Kimy Ndelo CSsR

Ia murah hati, tahu mana haknya dan mana hak orang lain yang dititipkan kepadanya.

JERNIH-Suatu hari, di awal April tahun 2017, ada tawaran ibadat di lingkungan Kallu, Paroki Wara Waingapu, Sumba Timur. Ibadat ini berupa novena dalam rangka menyambut Ziarah Maria Bunda Selalu Menolong (Mother of Perpetual Help) di pulau Sumba.

Tanpa berpikir panjang seorang ibu muda menawarkan diri menjadi tuan rumah. Dia ingin sekali ada doa novena di dalam rumahnya yang sederhana.

Setelah disetujui, dia pun pulang ke rumah dan merenung. Dia harus beri makan apa tamunya yang datang doa nanti? Kebetulan dia masih punya beberapa kilo beras dan uang sedikit untuk beli ikan “tembang”.

Pada saat dia sedang membersihkan beras, tiba-tiba matanya menangkap sesuatu yang berkilau di tanah. Cepat-cepat diambilnya dan ternyata itu adalah kalung dan liontin emasnya yang sudah lama hilang. Betapa dia sangat bersyukur karena hanya itu hartanya yang paling berharga.

Keesokan harinya doa Novena pun terselenggara di rumahnya. Dia menjamu tamunya ala kadarnya. Setelah semua tamu pulang, di hadapan gambar Bunda Maria Yang Selalu Menolong dia bersimpuh dan menangis tersedu-sedu.

“Bunda, saya tak sanggup lagi hidup dalam penderitaan begini. Hidupku sangat sulit. Untuk makan sehari-hari saja saya tak pasti. Pekerjaan saya dan suami saya tidak jelas. Bantu saya memikul salib dan kalau boleh ambillah salib ini dari pundak saya”. Setelah puas menumpahkan semua isi hatinya, ibu ini pun merasa lega dan pergi tidur.

Keesokan harinya dia mengambil liontin ini dan pergi ke pegadaian. Dia menggadaikan liontin ini senilai 700 ribu rupiah. Dengan modal itu dia membeli benang dan mulai menenun kain Sumba Timur. Setelah laku dijual, dia menebus liontinnya dan membeli benang lagi untuk kain yang baru.

Begitulah terus menerus, kainnya makin diminati orang dan dia mulai ikut pameran dan satu tempat ke tempat yang lain. Usahanya makin membesar dan terus berkembang menembus pasar Jakarta bahkan internasional. Dalam waktu 3 tahun, dia telah menjelma menjadi pengusaha kain tersukses di Sumba Timur. Nama usahanya adalah RAMBU CHIKO, diambil dari nama anaknya.

Wanita ini, Adriana Mbelu Anajawa, seorang wanita sederhana tapi pintar dan ahli dalam urusan kain Sumba Timur. Seorang wanita yang tidak lupa pada Bunda Maria yang mengangkatnya dari penderitaan menuju kepada kesuksesan. Seorang wanita beriman Katolik, yang murah hati, yang tahu mana haknya dan mana hak orang lain yang dititipkan kepadanya.

Tanggal 27 Juni, hari ini adalah pesta Maria Bunda Selalu Menolong (Mother of Perpetual Help). Para Redemptoris adalah misionaris khusus untuk mempopulerkan Devosi ini seperti pesan Paus Pius IX, MAKE HER KNOWN – Buatlah Dia Semakin Dikenal.

Ketika memperingati 150 tahun diserahkannya Ikon atau Gambar Maria ini oleh Paus Pius IX, tahun 2016 ada serangkaian ziarah khusus di seluruh dunia dalam rangka perayaan ini. April sampai Mei 2017 adalah saat istimewa di Sumba karena saat itu ziarah Maria berlangsung dari ujung timur sampai ke ujung barat pulau Sumba.

Pada momen itulah kisah mukjizat Rambu Chiko terjadi. Dan karena momen peringatan ini pulalah muncul inspirasi untuk membangun sebuah Gereja Novena Maria Bunda Selalu Menolong di Pulau Sumba, tepatnya di Weetebula.

Pondasinya sudah berdiri, rangka baja sudah mulai dipesan, tetapi proses pembangunan masih panjang dan membutuhkan kemurahan hati banyak orang.

Semoga Bunda Maria selalu mendoakan mereka yang murah hati baginya dan bagi sesama. Bagi Bunda Maria Yang Selalu Menolong tak ada kata mustahil.

(Ditulis di Biara Santo Alfonsus-Konventu Redemptoris Weetebula, Sumba tanpa Wa).

Back to top button