Veritas

The Rush to Reopen

Ada juga persepsi salah bahwa hanya kota-kota yang rentan, terlepas dari kenyataan bahwa beberapa daerah pedesaan telah hancur. Ilusi paling berbahaya yang dapat dimiliki seseorang dalam pandemi adalah bahwa itu hanya terjadi pada orang lain, di tempat lain.

NEW YORK CITY– Kebingungan fatal dari respons Amerika Serikat terhadap pandemic virus  corona kini bergerak ke tahap yang lebih ‘tak nyambung’: keterburu-buruan untuk kembali membuka aktivitas public sebagaimana kondisi normal (re-open).

Pekan lalu, ketika perintah ‘stay- at home’ di seluruh negara bagian mulai berakhir, beberapa gubernur, dari Alabama ke Missouri, melunak atau menolak untuk memperpanjangnya. Langkah-langkah baru itu campur aduk: Texas mengizinkan dibukanya kembali bioskop dengan beberapa batasan, tetapi tidak ruang-ruang fitness. Georgia memberi izin dibukanya kembali panti pijat dan warung tattoo.

Beberapa langkah yang terjadi tampaknya bukan karena urusan epidemiologi, melainkan lebih karena lobi-lobi industri dan perhatian berlebihan yang diberikan kepada beberapa protes kecil yang belakangan marak. (Jajak pendapat menunjukkan bahwa kebanyakan orang Amerika mendukung lockdown atau pun PSBB.) Jaksa Agung, William Barr, telah meminta jaksa penuntut untuk mencari dan mengambil tindakan terhadap ‘pembatasan-pembatasan sombong’ yang masih dilakukan. Presiden Trump, yang telah meninggalkan keputusannya kepada negara-negara bagian untuk membuka kembali aktivitas, hanya menawarkan pedoman yang longgar. Ia, tampaknya, tidak terlalu khawatir bahwa bergerak terlalu cepat (untuk reopen) dapat menyebabkan lebih banyak gelombang kematian dari covid-19. (Sebagaimana yang terjadi di Hokaido, Jepang, misalnya—redaksi Jernih.co).

“Jika ada kebakaran, kita akan memadamkannya,” katanya, pada hari Rabu. Bahayanya, pembukaan kembali bisa menjadi sebuah aksi pembakaran massal.

Titik kunci dan makna paling penting dari lockdown, PSBB dan social distancing adalah memperlambat penyebaran — untuk meratakan kurva — sehingga gelombang pertama pandemi tidak akan membanjiri sistem layanan kesehatan. Tindakan itu memberi waktu untuk menyiapkan rumah sakit, mengembangkan perawatan, dan memberi kesempatan untuk pengembangan vaksin.

Mungkin di atas segalanya, waktu diperlukan untuk melakukan pengujian yang lebih luas, dan untuk menindaklanjutinya dengan pelacakan kontak. Seperti yang dinyatakan oleh Presiden Trump, upaya itu hampir tidak berjalan. Texas hanya melakukan tes sekitar satu persen dari populasi, dan kasus-kasus covid-19 di sana pun belum menurun secara berkelanjutan. Di Indiana dan Minnesota, yang sangat antusias untuk melakukan re-open, kasus yang terjadi malah meningkat. Bahkan New York, yang menguji lebih banyak orang dibanding negara bagian mana pun, tampaknya tidak memiliki tes yang diperlukan untuk memberikan angka kematian yang akurat. Lebih dari lima ribu korban yang diduga terpapar virus corona di New York City telah dikeluarkan dari system penghitungan nasional, karena mereka tidak pernah diuji, sesuatu yang jelas mempersulit upaya untuk menilai lintasan penyakit.

Namun, mengingat beban sosial yang berat dari lockdown maupun PSBB, beberapa negara bagian menyusun rencana yang lebih hati-hati dan terkalibrasi. Gubernur Andrew Cuomo, dari New York, mengatakan bahwa ia bermaksud untuk mengizinkan rumah sakit di beberapa negara bagian utara, yang kurang terdampak, untuk melanjutkan melakukan prosedur elektif– kategori yang mencakup banyak operasi kanker. Cuomo juga telah berkomitmen bahwa New York siap bekerja sama enam negara bagian Timur Laut lainnya, sehingga mereka tidak justru saling menggunting upaya yang telah dilakukan masing-masing.

California, Oregon, dan Washington, telah membentuk kemitraan serupa. Pembukaan kembali sebenarnya bukan masalah relaksasi tetapi kewaspadaan. Gubernur Gavin Newsom dari California, telah mulai berbicara tentang membuka sekolah pada bulan Juli, untuk menebus hari-hari yang hilang. Tetapi ia juga (akan tetap) menutup pantai-pantai di negara bagian tersebut, setelah orang berbondong-bondong datang dan berkerumun di sana.

Beberapa orang yang kukuh mengajukan pembukaan sesegera mungkin, mengatakan bahwa hal itu akan memungkinkan terjadinya ‘penyebaran yang terkendali’ dari penyakit, di mana lebih banyak orang dapat mengembangkan resistensi, dan populasi secara keseluruhan dapat mencapai “kekebalan kawanan” (herd immunity).  Salah satu masalah pada pendekatan ini adalah proyeksi jumlah rawat inap dan kematian di sepanjang jalan, yang sangat tinggi. Yang lain adalah bahwa gagasan itu mengasumsikan bahwa mereka yang memiliki co-19 akan kebal.

Tetapi sebagaimana WHO baru-baru ini memperingatkan, belum jelas seberapa efektif atau abadi kekebalan yang mungkin ada. Ada virus, seperti campak, yang kekebalannya seumur hidup; untuk SARS dan MERS, yang merupakan coronavirus, kekebalan tampaknya rata-rata memudar dalam beberapa tahun. Untuk empat coronavirus manusia lainnya yang diketahui, yang menyebabkan varietas flu biasa, kekebalan bahkan hanya berlangsung beberapa bulan.

Sementara itu, Otoritas Makanan dan Obat AS (FDA) telah memungkinkan perusahaan untuk memasarkan tas uji serologis, yang dimaksudkan untuk mendeteksi infeksi sebelumnya, meskipun alat ini cenderung memberikan tingkat positif palsu yang tinggi, kemungkinan antibodi yang didapat seseorang dari melawan flu untuk sisa-sisa pertempuran dengan covid-19. Itu sebuah pondasi yang goyah di mana, katakanlah, untuk mengirim petugas kesehatan kembali ke panti jompo. Tanpa standar yang koheren dan ketat, bidang pengujian serologis akan tetap berada dalam kondisi berbahaya, mengancam terulangnya problematika bencana dengan pengujian diagnostik.

Diskusi seputar pembukaan kembali seringkali menarik perbedaan antara “yang rentan” dan orang lain, seolah-olah kekuatan kita tidak ditentukan oleh keinginan kita untuk berdiri bersama. Membaca rencana pembukaan kembali Texas, orang akan berpikir bahwa hanya orang tua yang rentan. Namun salah satu faktor risiko kematian akibat covid-19 adalah obesitas, yang mempengaruhi sepertiga dari orang dewasa di Selatan dan Midwest.

Diabetes juga merupakan faktor utama dalam banyak kematian orang yang relatif muda. Ada juga persepsi salah bahwa hanya kota-kota yang rentan, terlepas dari kenyataan bahwa beberapa daerah pedesaan telah hancur. Ilusi paling berbahaya yang dapat dimiliki seseorang dalam pandemi adalah bahwa itu hanya terjadi pada orang lain, di tempat lain.

Absurditas beberapa langkah pembukaan kembali—misalnya dalam kasus salon tattoo–memunculkan kemungkinan bahwa publik mungkin enggan mengikuti petunjuk gubernur. Bisnis dapat memutuskan untuk tetap tutup atau mempertahankan karyawan mereka bekerja dari rumah. Orang mungkin memutuskan untuk tidak pergi ke restoran atau mal atau menggunakan transportasi umum. Tetapi mereka yang memiliki sumber daya keuangan lebih sedikit mungkin tidak memiliki kemewahan untuk memilih cara hidup yang lebih aman.

Pekan lalu, para pejabat di Iowa dan Nebraska menjelaskan bahwa siapa pun yang menolak untuk kembali bekerja akan berisiko kehilangan tunjangan pengangguran. Banyak pekerja bergaji rendah — di toko bahan makanan, rumah sakit, dan pabrik pengepakan daging yang telah dipesan Trump agar tetap buka bahkan ketika mereka telah menjadi pusat wabah — tidak pernah absen terlihat di ruang publik. Selain itu, seperti yang dicatat Covid Tracking Project, di South Dakota, sebuah negara bagian yang hampir 90 persen berkulit putih, orang-orang kulit berwarna mencapai hampir tujuh puluh persen dari kasus yang dikonfirmasi– sebuah cerminan dari demografi kasus pengepakan daging, dan perbedaan yang lebih luas. .

Pembukaan kembali harus menjadi sesuatu, selain dari pembagian risiko yang berat sebelah. Re-open tidak bisa hanya mengandalkan angan-angan atau keberuntungan. Semua itu membutuhkan kerja keras dan upaya terukur, dengan prasyarat yang jelas: pengujian, pelacakan kontak, kepemimpinan, mengenakan masker, disiplin individu, dan kemauan–jika kasus kembali melonjak, untuk mengubah arah. Itu memang bisa dilakukan, tetapi kita harus melakukannya dengan benar.

[Amy Davidson Sorkin/ The New Yorker]

Back to top button