POTPOURRI

Caligula, Kaisar Pecinta Seni yang Kejam

Jernih — Siapa tak kenal Romawi. Sebuah peradaban pra moderen yang berusia lebih dari seribu tahun. Hingga kini, berbagai peninggalannya masih dapat dilihat berdiri megah di Italia dan beberapa daerah bekas taklukannya.

Bahkan bahasa mereka, yaitu bahasa Latin, hingga kini digunakan sebagai bahasa yang dianggap sacral oleh agama Katholik Roma dan bahasa remi ilmu pengetahuan khususnya bidang biologi. Meski bergelimang banyak peninggalan, dengan usia sepanjang itu, Romawi mengalami banyak pasang surut.

Para ahli sejarah menggolongkan peradaban Romawi Kuno menjadi tiga babak besar berdasarkan bentuk negara dan pemerintahan, yaitu Kerajaan Romawi (753-509 SM), Republik Romawi (509-27 SM), dan Kekaisaran Romawi (27-476 M). Para sejarahwan menyebut, akhir dari peradaban Romawi Kuno adalah runtuhnya Kekaisaran Romawi yang ditandai dengan tumbangnya Romawi Barat.

Romawi masyhur karena kemajuan peradabannya, khususunya di bidang hukum, militer, dan ketatanegaraan. Namun, dalam bentang panjang usia Imperium Romawi, ada seorang kaisar yang dikenal karena kekejaman dan perintah-perintahnya yang aneh. Ia adalah Gaius Ceasar Germanicus atau lebih umum dikenal sebagai Caligula (12 Agutus 12-24 Januari 41 M).

Disarikan dari Encyclopedia Britannica, kaisar ke-3 Imperium Romawi ini naik tahta pada tahun 37 M di usia 25 tahun. Pemerintahannya berusia seumur jagung, hanya 4 tahun. Ia tewas dibunuh ketika baru menginjak usia 28 tahun.

Caligula adalah anak seorang jendral Romawi, Germanius Caesar, yang merupakan cucu Kaisar Augustus serta keponakan dan anak angkat Kaisar Tiberius. Caligula adalah nama landian dari ayahnya yang berasal dari kata caligae yang bermakna sandal prajurit sebab konon ia dibesarkan di sebuah barak militer.

Ayah, ibu, dan kedua saudara laki-lakinya meninggal secara berturut-turut sementara Caligula dan dua saudarinya berusia lebih panjang. Sebagian sejarahwan mengatakan bahwa kematian tersebut merupakan intrik Tiberius untuk melanggengkan kekuasaannya sebagai kaisar.

Banyak sejarahwan menyimpulkan, kegilaan Caligula dimulai setelah ia sembuh dari sakit, tujuh bulan setelah pengangkatannya sebagai kaisar. Ia disebut menyidap epilepsi.

Kegilaannya yang membuat resah seantero Romawi adalah ketika ia melakukan inses dengan menikahi saudarinya sendiri, Drusila. Praktik ini ia anggap wajar karena Mesir, sebagai taklukan Romawi, juga melakukan hal yang sama.

Beberapa Kaisar Romawi juga melakukan perkawinan dengan saudara sendiri demi melanggengkan dinasti. Namun, hanya Caligula yang tercatat menikahi saudari kandungnya sendiri.

Kegilaan lainnya, pada tahun 39 M, ia memerintahkan ratusan kapal Romawi berbaris Teluk Napoli sehingga menjadi jembatan antara Baiae dan Puteoli. Selain hal itu, Caligula juga  dikenal sebagai kaisar yang boros dan kejam. Ia gemar memerintahkan orang untuk bunuh diri dan tak seorang pun yang kuasa menolak permintaannya karena ia dianggap sebagai titisan dewa.

Pada tahun 40, ia berniat mendirikan patung dirinya di Bait Suci Yerusalem. Namun, berkat bujukan dari Raja Yahudi Herodes Agripia I, ia urung melakukan hal itu.

Di tahun yang sama, ia beserta sejumlah pasukannya berangkat ke daerah Gaul dan menjarah harta benda milik penduduk di sana demi membiayai perilaku borosnya. Ia kemudian menggiring pasukannya di garis pantai dan berniat menginvasi daerah Inggris. Namun, kegilaanya muncul dan invasi pun urung. Pasukan itu diperintahkannya menggumpulkan kerang yang ia sebut rampasan laut yang ditaklukan.  

Sepulangnya dari Gaul, tepatnya empat bulan setelah kembalinya ia ke Roma, bulan Januari tahun 41, ia dibunuh oleh Cassius Chaerea, Cornelius Sabinus, penjaga tribun Preatorian, dan sejumlah orang lain. Istrinya, Caesonia, dan putrinya kemudian dihukum mati.

Bentuk kegilaan yang paling terkenal adalah ketika ia hendak menjadikan kuda kesayangannya, Incitatus, sebagai konsul Romawi, bahkan menjadi imam di kuil pagan. Namun, kisah kuda ini dibantah kebenarannya oleh sejumlah peneliti sebagaimana ditulis oleh Encyclopedia Britannica.

Dibalik kisah-kisah gilanya, Caligula juga berbuat beberapa hal “baik”. Karena kecintaannya pada seni, ia mendirikan gedung amfiteater di Saepta, menyelesaikan proyek teater di Pompey, menggelar pertunjukan teater di Syracuse, dan menggelar juga sejumlah pertandingan olah raga di Lugdunum.

Back to top button