JERNIH – Musibah kebakaran dahsyat yang melanda kompleks apartemen Wang Fuk Court di Hong Kong pada Rabu (26/11/2025) bukan hanya tragedi lokal, tetapi juga duka mendalam bagi Indonesia.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong, melalui rilis resmi pada Sabtu (29/11/2025), mengonfirmasi sebuah fakta mengejutkan, seluruh 140 Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di permukiman padat tersebut adalah Pekerja Migran Indonesia (PMI) sektor domestik atau Asisten Rumah Tangga (ART).
Kompleks yang dihuni lebih dari 4.000 jiwa, mayoritas lansia, kini menjadi saksi bisu musibah terburuk dalam beberapa dekade. Tujuh dari delapan gedung ludes dilalap si jago merah, menciptakan kekacauan dan kepanikan massal yang merenggut nyawa.
“Berdasarkan data ketenagakerjaan serta verifikasi lapangan, 140 WNI yang tinggal di kompleks apartemen tersebut merupakan pekerja migran Indonesia (PMI) sektor domestik,” jelas pihak KJRI Hong Kong.
Angka korban jiwa akibat tragedi maut ini mencapai 128 orang. Di antara angka yang memilukan itu, tujuh WNI telah dikonfirmasi meninggal dunia, dan semuanya adalah perempuan PMI. Selain itu, satu WNI saat ini masih berjuang di ruang perawatan intensif karena luka serius.
Dari total 140 WNI/PMI yang terdata tinggal dan bekerja di sana, baru 61 orang yang berhasil dikonfirmasi keberadaan dan kondisinya, termasuk para korban jiwa.
Artinya, hingga saat ini, 79 WNI/PMI lainnya masih menjadi misteri. Keberadaan dan kondisi mereka belum terkonfirmasi, menjadikannya fokus utama penanganan krisis oleh Pemerintah Indonesia.
Menanggapi situasi darurat ini, KJRI Hong Kong langsung bergerak cepat. Tim khusus diterjunkan langsung ke lokasi, berkoordinasi erat dengan otoritas Hong Kong untuk mempercepat proses identifikasi dan evakuasi WNI yang terdampak. Bantuan darurat berupa kebutuhan primer dan logistik telah didistribusikan kepada para korban selamat. Posko kedaruratan juga didirikan di lokasi kebakaran dan di Gedung KJRI untuk mempermudah akses informasi dan koordinasi.
KJRI juga secara proaktif menjalin komunikasi intensif dengan simpul-simpul masyarakat Indonesia. Komunitas dianggap vital dalam upaya menjaring informasi dan memverifikasi nasib 79 PMI yang masih hilang.
Sementara itu, otoritas Hong Kong terus melakukan penyelidikan mendalam untuk mengungkap penyebab pasti kebakaran. Fokusnya kini tak hanya pada asal api, tetapi juga dugaan adanya kelalaian sistematis yang menyebabkan api menjalar begitu cepat di permukiman padat penduduk yang dihuni sekitar 2.000 unit apartemen ini.
