- Mikhail Gorbachev mengajukan petanyaan bodoh kepada Giorgy Yavlinsky saat pemaparan rencana ekonomi.
- Pertanyaan itu memperlihatkan betapa Gorbachev tidak pernah ingin mereformasi ekonomi negaranya. Ia tetap memuja sosialisme.
- Gorbachev mengotak-atik sosialisme seraya menyalahkan aparat partai konservatif atas kegagalan kebijakannya.
- Gorbachev akan dikenang sebagai pemimpin yang memiskinkan jutaraan rakyatnya.
JERNIH — Paul Robinson — profesor di Universitas Ottawa, pakar sejarah Rusia dan Uni Soviet — memasang judul menarik dalam tulisannya di Russia Today, yaitu Apakah orang Rusia ingin Uni Soviet Kembali?
Pertanyaan ini tak bisa dijawab dengan satu kata atau satu kalimat. Sebab, ada sejumlah fakta — terutama tentang keadaan masyarakat Rusia saat ini — yang harus dijembreng.
Hari-hari sepanjang Desember akan selalu diingat rakyat Rusia, terutama mereka yang berusia lanjut, bagaimana Uni Soviet runtuh dan perekonomian hancur. Republik-republik memisahkan diri, dan Pakta Warsawa — aliansi militer di bawah pimpinan Uni Soviet — bubar.
Setelah itu orang-orang menyalahkan Mikhail Gorbachev semua semau kehancuran itu. Rusia mungkin tidak ingin kembali ke era komunis, tapi Gorbachev patut dipersalahkan atas bagaimana komunisme berakhir.
Jajak pendapat yang digelar Pusat Penelitian Opini Publik Rusia (VTsIOM) memperlihatkan Gorbachev, pemimpin Uni Soviet terakhir, adalah orang paling dibenci, menggeser Joseph Stalin. Setidaknya, satu dari lima orang Rusia membenci Gorbachev. dan satu dari 10 orang Rusia tidak menyukai Stalin.
Sesuatu yang aneh. Stalin mengawasi revolusi pertanian yang traumatis, menyebabkan kematian jutaan orang selama kelaparan 1932-1933. Ratusan ribu lainnya terbunuh selama Teror Besar 1937-1938. Satu-satunya peristiwa yang membuat Stalin dipuji adalah kemenangan Tentara Merah Rusia dalam Perang Dunia II.
Gorbachev meliberalisasi masyarakat di bawah slogan glasnost dan perestroijka. Ia mengijinkan pemilihan umum kompetitif pertama sejak 1917. Membebaskan semua tahanan politik Ia adalah Pembebas Besar, lebih besar dari Tsar Alexander II.
Rusia patut tidak menghargai Gorbachev, karena sang pemimpin memberi kebebasan formal kepada rakyatnya tapi gagal memberi sarana untuk menikmatinya. Rakyat menyaksikan bagaimana bencana ekonomi itu terjadi, dengan — menurut penulis William Taubman — hanya sebelas persen dari 989 barang konsumsi dapat diperoleh dengan mudah.
Orang Rusia juga menyaksikan bagaimana lemari es, televisi, mesin cuci, sebagaian besar produk pembesih rumah tangga, segala jenis perabotan, parfum, kosmetik, pensil, buku tulis sekolah, setrika listrik, lenyap semua toko. Perestroijka adalah bencana ekonomi.
Gorbachev menghapus Pasal 6 konstitusi yang menyebut Partai Komunis sebagai kekuatan pemandu masyarakat Soviet. Ia mengijin pendirian partai baru, dan menciptakan jabatan presiden Uni Soviet.
Hasilnya adalah kekacauan politik luar biasa. Sistem Soviet terurai dengan kecepatan luar biasa ketika Partai Komunis tidak lagi dianggap sebagai pemandu. Kekuatan sentrifugal yang memecah Uni Soviet tak tertahankan.
Orang Rusia tahu komunisme terbukti tidak mampu mengatasi tuntutan ekonomi modern yang kreatif. Namun Gorbachev — dan semua pemimpin Uni Soviet saat itu — tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk membawa ekonomi negara menjadi lebih modern.
Pertanyaan Bodoh Gorbachev
Graham Allison, yang bersama Grigory Yavlinsky, mempresentasikan rencana reformasi kepada pemimpin Uni Soviet 1991 masih belum lupa dengan pertanyaan bodoh yang diajukan Gorbachev, terutama soal kepemilikan properti pribadi.
Rupanya, Gorbachev masih percaya dengan sosialisme sebagai sistem ekonomi. Itu tercermin dalam Perestroijka, buku yang diluncurkannya tahun 1987.
“Kami melakukan semua reformasi sesuai dengan pilihan sosialis. Sosialisme dan kepemilikan publik, yang menjadi dasarnya, memberi kemungkinan hampir tak terbatas untuk proses ekonomi progresif,” tulis Gorbachev.
Jadi, apa yang dilakukan Gorbachev tak lebih dari mengotak-atik sistem sosialis. Salah satunya melonggarkan kontrol perencanaan negara.
Ketika otak-atik itu tidak berhasil, dan semua program tidak berjalan, Gorbachev menuding kaum konservatif menyabotase kebijakannya. Yang dilakukan Gorbachev berikutnya adalah menghancurkan kekuatan aparathick partai.
Gorbachev mempercepat reformasi politik untuk mengatasi sabotase birokrasi. Ia yakin segalanya akan menjadi lebih baik. Yang terjadi adalah situasi dengan cepat berubah dari buruk menjadi lebih buruk.
Reformasi Politik, Separatisme
Kesalahan lain Gorbachev adalah tidak memahami sentimen nasionalisme di wilayah tertentu Uni Soviet. Ia sama sekali tidak memehami betapa liberalisasi politik memicu gerakan separatisme di hampir semua wilayah Uni Soviet.
Ketidak-tahuan ini terlihat dalam pidato 70 tahun Revolusi Bolshevik. Saat itu dia mengatkan masalah nasional Uni Soviet telah diselesaikan. Yang terjadi berikutnya adalah Gorbachev kebingungan menanggapi tuntutan pemisahan diri minoritas etnis.
Mungkin, begitulah seharusnya nasib sebuah imperium bernama Uni Soviet. Pemimpin terakhirnya terlanjur percaya bahwa peubahan radikal diperlukan, tapi gagal mendiagnosa masalah dan mendorong solusi yang kontraproduktif.
Muncul pertanyaan apakah menempatkan Gorbachev sebagai orang paling dibenci menjadi indikasi orang Rusia ingin kembali ke sistem Soviet? Tentu saja tidak. Orang Rusia berpikir komunisme dapat disingkirkan dengan cara yang tidak menimbulkan bencana.