Site icon Jernih.co

90 Organisasi Muslim Amerika Bersatu Menuntut Reformasi Kepolisian

Washington — Puluhan organisasi Muslim di Amerika Serikat bersatu untuk menyeru reformasi praktik kepolisian, dan mendukung organisasi yang dipimpin kulit hitam.

“Pengorbanan Black Muslim yang tidak bersenjata memiliki sejarah panjang dan meresahkan,” demikian pernyataan koalisi yang ditanda-tangani 90 organisasi hak sipil, advokasi, komunitas, dan organisasi keagamaan yang dirilis, Senin lalu.

“Sebagai Muslim Amerika, kami akan memanfaatkan keberagaman, kekuatan, dan ketahanan, untuk menuntut reformasi, karena orang kulit hitam sangat penting,” lanjut pernyataan itu.

Perubahan yang diusulkan termasuk melarang profil rasial dan manuver yang membatasi aliran darah, atau oksigen, ke otak, seperti chokehold. Lainnya, membuat secara hukum lebih mudah bagi jaksa penuntut umum meminta pertnggung-jawaban penegak hukum.

Tuntutan yang tak kalah penting adalah mengalihkan dana polisi ke program kesehatan masyarakat, pendidikan, pembukaan lapangan kerja, dan perumahan.

Muslim Amerika juga menyeru perlunya pembentukan standar federal, yang menggunakan kekerasan sebagai upaya terakhir, dan hanya jika diperlukan, setelah semua opsi masuk akal tidak bekerja.

“Tuntutan ini merupakan dasar bagi kelompok kami,” kata Farhana Khera, direktur eksekutif Muslim Advocates, salah satu penyelenggara pernyataan itu. “Beberapa akan meminta lebih banyak.”

Khera juga mendesak semua Muslim Amerika yang duduk sebagai anggota Kongres, agar menuntut lebih kuat dan memperjuangkan usulan mereka.

Menentang Rasisme

Seperti kelompok agama lain, Muslim di AS turun ke jalan melampiaskan kemarahan atas kematian George Floyd — warga kulit hitam yang tewas setelah polisi menekan lehernya dengan lutut.

Tidak hanya dalam protes jalanan, Muslim AS menyuarakan penentangan terhadap rasisme dalam khotbah dan webinar.

“Organisasi Muslim Amerika berkomitmen mengadvokasi di semua tingkatan untuk mengakhiri penggunaan kekuatan berlebih, yang telah menyebabkan pembunuhan orang kulit hitam di AS,” kata Iman Awad, direktur legislatif Emgage Action.

“Pesan kami adalah kami akan terus berjuang, tetapi yang paling penting adalah mendukung pekerjaan yang dilakukan pemimpin kulit hitam,” lanjutnya.

Muslim di Amerika terdiri dari beragam etnis dan ras. Kematian Floyd seolah menghidupkan ekmbali pembicaraan tentang perlakuan dan representasi Black Muslim di komunitas agama mereka.

“Saya bangga dengan jumlah dan keragaman kelompok yang menanda-tangani petisi,” kata Kameelah Rashad, presiden Muslim Wellness Foundation. “Semua ini adalah pengakuan bahwa kita secara keseluruhan tidak lagi dapat memisahkan Islamofobia, rasisme anti-kulit hitam, pengawasan, dan kekerasan. Perjuangan kita saling terkait.”

Ia juga mengatakan saat ini adalah waktu yang tepat untuk bertindak.

“Sangat penting Muslim non-kulit hitam mengembangkan rasa hormat terhadap ketahanan, dan perlawanan orang kulit hitam,” lanjutnya.

Dalam pernyataan disebutkan; “Orang kulit hitam sering terpinggirkan dalam komunitas Muslim yang lebih luas, dan ketika mereka menjadi korban kekerasan polisi, Muslim non-kulit hitam lebih banyak diam, dan menolak terlibat.”

“Kelak, komunitas Muslim Amrika harus memberi ruang bagi organisasi yang dipimpin kulit hitam,” kata Awad. “Kita harus berkomitmen untuk memiliki posisi kepemimpinan yang mencerminkan keragaman komunitas agama kita.”

Menurut Awad, jika diskriminasi ini tidak dapat dihilangkan melalui reformasi, sistem ini harus dihapus dan ditinjau lagi seluruhnya.

Exit mobile version