Kota Kinabalu — Kelompok bersenjata Abu Sayyaf dikabarkan mulai putus asa akibat tidak ada tanggapan dari pemerintah Filipina soal tebusan tiga warga Indonesia yang mereka sandera.
Sumber intelejen mengatakan kelompok teroris itu mengancam akan membahayakan para sandera, jika pemerintah Filipina sama sekali tidak merespon permintaan mereka.
Kabar penyanderaan warga Indonesia muncul di Facebook 16 November 2019. Dalam video 43 detik itu terlihat warga Indonesia memohon majikan membayar uang tebusan
Samiun Maneu, salah satu sandera, memohon majikan membayar 30 juta peso, atau Rp 8,3 miliar, kepada majikannya yang tinggal di Sabah.
Mengutip sumber intelejen, thestar.com.my memberitakan Abu Sayyaf kini siap melepas ketiga sandera warga Indonesia dengan harga 10 juta peso, atau Rp 2,7 miliar.
Sumber lain menyebutkan Abu Sayyaf berharap tebusan segera dikirim, karena mereka harus lari setelah markas mereka di Idanan, di Pulau Sulu, disebut pasukan keamanan Filipina.
“Kami yakin mereka gugup, karena pemerintah Manila tidak bicara dan militer Filipina memburu mereka,” ujar sumber intelejen itu.
Tiga sandera asal Indonesia itu adalah ayah dan anak; Maharudin Lunani (48) dan Muhammad Farhan (27), serta Samin (27), diculik Abu Sayyaf dari kapal nelayan yang terdaftar di Sandakan, Lahad Datu, 24 September 2019.
Mereka kini berada di tangan kelompok Abu Sayyaf di Sabah, yang dikontrol Mike Apo dan Salip Anwar. Mereka mendanai aksi teror dengan menculik orang asing dan meminta tebusan.
Filipina dan Malaysia sama-sama menerapkan kebijakan bayar tanpa tebusan.