Sementara responden yang menyatakan tidak tahu atau merahasiakan pilihannya, masih ada di peringkat lumayan yakni 17,6 persen.
JERNIH-Setidaknya, dengan memainkan kritik terhadap kebijakan Pemerintah utamanya terkait Ibu Kota Negara dan Jaminan Hari Tua, elektabilitas Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berhasil naik. Sementara Partai Demokrat, berhasil memasuki klaster tiga besar setelah memenangkan legalitas pengurusan partai di pengadilan.
Begitulah hasil survey lembaga penelitian dan pengembangan Kompas yang dirilis Selasa (22/2) kemarin. Yohan Wahyu sebagai penulis hasil uji kuantitas eyebutkan, PDIP dan Partai Gerindra, masih menempati posisi paling buncit sebagai dua partai politik paling populer saat ini. Sedangkan Partai Golkar, harus rela menyingkir dari tiga besar.
PDIP dalam survey itu, masih berada pada angka keterpilihan sebanyak 22,8 persen atau naik 3,7 persen dibanding survey yang dilakukan pada Oktober 2021. Sementara Gerindra, mengantongi angka 13,9 persen atau melejit 5,1 persen ketimbang uji kuantitas periode yang sama.
Partai Demokrat, meski sebelumnya tak berhasil mengantongi rangking dua digit, kini naik ke peringkat ketiga dengan angka raihan sebanyak 10,7 persen. Sementara Golkar yang posisi sebelumnya ada di tiga besar, turun satu tingkat di jadi 8,3 persen dengan kenaikan tipis elektabilitasnya yakni 1,3 persen.
Setelah memaksimalkan permainan kritiknya pada tiap isyu populer macam IKN dan JHT, PKS mengantongi angka keterpilihan berdasar survey sebanyak 6,8 persen, disusul PKB 5,5 persen, Nasional Demokrat 3,5 persen, PPP 2,8 persen, PAN 2,5 persen, Perindo 2,5 persen, PSI 0,9 persen, Hanura 0,6 persen, PBB 0,6 persen, Partai Garuda 0,4 persen, kemudian partai lainnya masing-masing 0,3 persen.
Sementara responden yang menyatakan tidak tahu atau merahasiakan pilihannya, masih ada di peringkat lumayan yakni 17,6 persen.
Mathias Toto Suyaningtyas, sebagai Manajer Departemen Penelitian Litbang Kompas mengatakan, kenaikan Demokrat sebagai partai di luar pemerintah sebab ada upaya konsolidasi internal yang ciamik ditambah momentum kemenangan kasus legalitas di pengadilan yang mengalahkan Moeldoko sebagai pihak pembajak pada waktu itu.
Selanjutnya, sosok Susilo Bambang Yudhoyono dan aksi vokal Agus Harimurthi Yudhoyono juga membuat angka keterpilihan parpol ini naik. Hanya saja, suara partai lain yang ikut naik menurut Toto, terbelah akibat popularitas, momentum dan ketokohan kandidat calon presiden.
Misalnya, pemilih Jokowi mulai terbelah antara ke Ganjar Pranowo, Ahok, Tri Rimaharini serta Prabowo Subianto. Sedangkan Gerindra, tentu saja masih mengusung Ketua Umumnya hingga membuat parpol ini konsisten berada di posisi kedua.
Sementara PKB dan Nasdem masih biasa saja akibat isyu yang dinarasikan keduanya tak optimal. Misalnya, parpol besutan Surya Paloh tak kuat dalam memainkan isyu termasuk berpaling dari pemerintahan sehingga pemilihnya ada pada posisi hold atau bertahan.
Selanjutnya, PKB yang tak punya cantolan isyu elite alias tak ada gerak menonjol yang ditangkap publik, juga terbilang landai. Namun, karena karakternya yang terpusat di Jawa Timur, Kompas tak mampu mengungkap elektabilitas parpol ini yang masih misterius.
Survei periodik yang diselenggarakan Litbang Kompas ini melalui wawancara tatap muka pada 17-30 Januari 2022. Dari 1.200 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi.
Dengan metode ini, margin or error penelitian lebih kurang 2,8 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana.[]