Statement Anies dalam menyikapi keterlibatan anak dalam aksi demonstrasi UU Cipta Kerja, dinilai tidak sesuai dengan prinsip-prinsip perlindungan anak maupun Konvensi PBB tentang Hak Anak.
JERNIH-Ketua Umum Komite Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait menyayangkan pernyataan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di media yang menyatakan tidak mempersoalkan pelajar terlibat dalam aksi demonstrasi beberapa hari belakangan ini.
“Komnas Perlindungan Anak mendesak Anies Basedan Gubernur DKI Jakarta untuk segera menarik statemennya. Karena sikapnya itu melanggar hak anak dan melecehkan anak,” kata Arist di Pekanbaru, Riau Kamis (16/10/2020), menanggapi pernyataan mantan Menteri Pendidikan tersebut.
Menurut Arist, pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Anies tidak memahami aturan Undang-undang perlindungan anak yang melarang melibatkan anak dalam kegiatan yang merupakan eksploitasi politik.
“Demonstrasi untuk menyuarakan pendapat apapun kepentingannya di jamin oleh Undang-undamg, tetapi dengan tegas melarang melibatkan anak-anak. Karena menurut UU Perlindungan anak dan Konvensi PBB tentang Hak Anak melibatkan dan mengerakan anak dalam aksi demonstrasi itu merupakan eksploitasi politik,” kata Arist, beberapa waktu lalu.
Kemudian Arist mengingatkan, ada mekanisme bagi anak untuk mengeluarkan pendapatnya melalui berbagai sarana, mulai dari komunitas sekolah, Kongres Anak Indonesia dan Forum Anak Nasional.
Arist juga menyebut adanya Forum Anak di masing-masing daerah yang pembentukannya difasilitasi pemerintah daerah maupun lembaga-lembaga perlindungan anak.
“Bukan dikerahkan turun ke jalan untuk melakukan kekerasan dan dimanfaatkan untuk melakukan bentrok dengan pihak keamanan”.
Anies juga dinilai telah melecehkan gerakan perlindungan Anak dan para pegiat perlindungan anak di Indonesia.
“Anies gagal paham terhadap perlindungan anak. Seharusnya Anies melindungi anak dari aksi kekerasan bukan justru mengajarkan melakukan kekerasan dan ujaran kebencian. Itu artinya Anies bukan sahabat anak. Anies justru pecinta aksi kekerasan,” kata Arist dengan nada kecewa.
Belajar demokrasi dan peduli terhadap apa yang sedang dihadapi bangsa dapat dilakukan dan diajarkan kepada anak di rumah maupun dilingkungan sekolah. (tvl)