- Sebanyak 33 jet akan dikerahkan untuk bawa 20 ribu warga Afghan sekutu AS dari Kabul.
- Kebijakan berubah. Washington hanya akan bawa warga AS, WN Asing, dan pemegang green card.
- Warga Afghanistan lainnya, meski pernah jadi sekutu AS, ditinggal.
JERNIH — Habis sudah mimpi warga Afghanistan sekutu AS selama perang 20 tahun. Washington, Senin 23 Agustus, memerintahkan tentara AS di Bandara Kabul agar hanya mengijinkan warga Paman Sam, pemegang kartu hijau (green card), dan warga negara asing, yang naik pesawat.
Pasukan AS memproves visa imigran khusus untuk warga Afghanistan, seperti penerjemah dan mereka yang membantu pasukan dalam perang. Sebagian telah berangkat ke luar Afghanistan dengan pesawat evakuasi. Sekitar 20 ribu lagi menunggu di bandara tanpa memegang dokumen apa pun.
Sebanyak 33 jet C-17 sedang dalam perjalanan ke Bandara Kabul, masing-masing berkapasita 600 penumpang. Jadi, akan ada 19.800 orang yang bisa dibawa keluar Kabul.
Mengutip pejabat AS, CNN memberitakan kebijakan itu berubah. AS hanya mengijinkan warganya, warga negara asing dari negara NATO, atau pemegang kartu hijau boleh terbang.
Tidak seorang pun dari Gedung Putih, Departemen Luar Negeri, dan Pentagon, dapa memberi angka berapa banyak warga AS yang masih tertinggal di Afghanistan. Tidak jelas pula kapan AS mulai menerbangkan warga Afghanistan lagi.
Presiden AS Joe Biden mengatakan yakin dapat menyelamatkan semua warga AS yang tersisa pada 31 Agustus. Biden juga berjanji melakukan yang terbaik untuk mengeluarkan sebanyak mungkin warga Afghanistan, tapi tidak ada janji AS akan melewati batas waktu untuk menyelamatkan pengungsi Afghanistan.
Sejak Minggu pagi sampai Senin pagi, 10.400 orang dipindahkan dari Kabul dengan 28 penerbangan AS, atau rata-rata 731 penumpang per pesawat pada penerbangan dengan 600 kursi. Penerbangan NATO mengevakuasi 5.900 orang.
Pada setiap penerbangan evakuasi AS, mayoritas penumpang adalah warga Afghanistan. Beberapa transit di Qatar, lainnya mendarat di Jerman dan AS. Mereka yang tiba di pangkalan udara Texas aan ditempatkan di Fort Bliss.
Meski ribuan pergi setiap hari, kerumunan di Bandara Kabul nyaris tak berkurang. Bahkan, warga Afghanistan yang berusaha lari menjadi lebih agresif.
Kekacauan memburuk selama akhir pekan ketika Departemen Luar Negeri AS memberikan visa SIV digital tanpa nama kepada para pengungsi melalui telepon seluler dan komputer. Pengungsi mengambil tangkapan layar komputer, dan membagikannya kepada teman dan keluarga.
Akibatanya, mereka yang semua tidak berniat pergi mendatangi Bandara Kabul, dan menyebut. Mereka sangat yakin bisa dibawa ke AS, atau negara mana pun, oleh mantan tuan kulit putih.