“Kalau itu saya tidak mau komen,” kata Haris.
JERNIH-Meski sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pengeroyokan Ketua Umum DPP KNPI Haris Pertama, politikus Golkar Azis Samual masih menolak dan tak mau mengakui perbuatannya. Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat mengatakan, itu memang haknya.
Ade bilang, hingga saat ini penyidik masih menyelidiki motif Azis memerintahkan pengeroyokan terhadap Haris. Dia bilang, berangkat dari alat bukti yang dimiliki Polisi, motif akan terus digali.
“Motivasi masih kami gali dengan berbagai macam alat bukti yang dimiliki penyidik,” ujar dia.
Mengutip Tempo, Ade menjelaskan kalau pihaknya secara bertahap sudah mendalami motif pengeroyokan itu dengan memulainya dari penangkapan eksekutor, perantara, dan penahanan terhadap orang yang memberi perintah. Hingga kini, sudah ada enam orang yang dijadikan tersangka pada kasus ini.
Adde juga mengatakan, kasus ini masih terus berjalan dan secara bertahap tiap detil informasinya akan diungkap berdasar hasil pengembangan penyidikan.
“Apakah masih ada di balik itu semua? Mohon bersabar, penyidik akan tetapkan semua itu berdasarkan alat bukti yg dimiliki. Ini akan terus jalan kita lihat dari perkembangan dari hasil penyidikan,” kata dia.
Haris Pertama menduga, motif pengeroyokan terhadap dirinya karena salah satu cuitan dia di media sosial tentag salah satu petinggi Golkar.
“Indikasi ke sana kayaknya. Saya mengkritisi Ketua Golkar karena kasus itu. Itu dugaan saya. Saya sempat protes keras untuk kebaikan partai juga,” kata Haris.
Namun, sebelum pengeroyokan itu terjadi, tak pernah ada ancaman apapun terhadap dirinya. Tiba-tiba saja dia diserang di sebuah restoran di Cikini, Jakarta Pusat, pada 21 Februari lalu. Dia juga bilang, tak kenal Azis Samual yang sudah ditetapkan sebagai tersangka.
Hanya saja, dia menolak menanggapi kemungkinan adanya konflik internal di dalam Partai Golkar yang menyebabkan dia dikeroyok lantaran cuitannya. Soalnya, dia melempar kritik demi kebaikan partai.
“Kalau itu saya tidak mau komen,” kata Haris.[]