Azyumardi lebih jauh menegaskan, Dien adalah satu di antara guru besar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bahkan, kata dia, mantan ketua umum MUI itu pernah menjadi utusan khusus presiden untuk dialog dan kerja sama antaragama dan peradaban.
JERNIH– Organisasi keagamaan sayap Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) menyatakan siap membela mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Dien Syamsuddin, yang dilaporkan ke Kepolisian RI dengan tudingan radikal. Bamusi menyatakan tudingan dan pelaporan tersebut berlebihan.
Hal tersebut ditegaskan Ketua PP Bamusi, Muhammad Sukron. Sukron lebih jauh mempertanyakan pelaporan Dien kepada Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) oleh sejumlah alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) yang tergabung ke dalam organisasi yang eksistensi legalnya masih kurang jelas, Gerakan Anti Radikalisme (GAR).
Tidak hanya menyatakan Bamusi siap membela Dien yang mendapatkan tuduhan radikal, bagi Sukron, menuduh Dien sama saja dengan menuduh Bamusi sebagai organisasi radikal.
“Jika Dien dituduh sebagai penganut Islam radikal itu artinya juga menuduh kami (Bamusi) penganut paham Islam radikal juga,”kata Sukron, melalui keterangan tertulis.
Dukungan untuk Dien juga diberikan mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak, dan mantan Rekor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra.
Menurut Dahnil, kelompok yang menuduh Dien radikal itu penuh halusinasi dan hati yang benci dan dengki. Menurut Dahnil, kalau pun Dien kritis, itu hal yang karena posisi mantan ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut berada di luar pemerintahan.
“Bila ada kelompok yg menuduh @m_dinsyamsuddin radikal, agaknya berhalusinasi dan penuh kebencian pribadi kpd beliau. Sy kenal baik dg beliau. Saat ini beliau kritis, ya hrs krn beliau ada diluar pemerintahan dan fadhu kifayah mengingatkan kami yg di Pemerintahan,” kata Dahnil dalam cuitannya di akun Twitter @Dahnilanzar, Sabtu (13/2) lalu.
Lebih lanjut Dahnil meminta agar kelompok tersebut menghentikan labelisasi radikal. Menurut dia, dengan posisi Dien di luar pemerintahan, maka mestinya yang bersangkutan dihormati dan tak perlu menyerang dengan labelisasi.
Sementara mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra, menilai tudingan terhadap Dien terlalu mengada-ada dan tak masuk akal. “Ini jelas mengada-ada. Absurd, tak masuk akal,” kata Azra, juga dalam keterangan tertulis.
Azyumardi lebih jauh menegaskan, Dien adalah satu di antara guru besar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bahkan, kata dia, mantan ketua umum MUI itu pernah menjadi utusan khusus presiden untuk dialog dan kerja sama antaragama dan peradaban.
Azyumardi meminta pihak yang menuduh Dien menarik laporannya. Ia bahkan menduga ada kepentingan karena posisi Dien yang berada pada Majelis Wali Amanat Institut Teknologi Bandung.
Sementara itu, dalam wawancara “Kompas Petang” di Kompas TV, Juru Bicara Gerakan Anti Radikal (GAR) alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) Sinta Madesari, membantah menuding mantan Din Syamsuddin sebagai sosok radikal. “Kami tidak menuduh Pak Din radikal. Teman-teman di Muhammadiyah belum baca detil laporannya, jadi ambil kesimpulan masing-masing,”kata Sinta.
Sinta juga mengatakan bahwa laporannya sudah masuk ke Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN). “Ya jadi nanti yang memutuskan KASN. Mau ditindaklanjuti atau tidak,”katanya bernada pasrah. [ ]