- Raja Charles mengutuk perbudakan, dan menyebutnya sebagai kekejaman mengerikan.
- PM Rishi Sunak menolak minta maaf apalagi memenuhi tuntutan kompensasi.
JERNIH — PM Barbados Mia Mottley mendesak Inggris membayar kompensasi 4,9 triliun dolar AS atas perdagangan budak transalantik selama 150 tahun.
Desakan ini disampaikan PM Mottley dalam pidatonya di London, Rabu lalu. Dia juga mengatakan pembicaraan bagaimana kompensasi harus dibayarkan akan sulit dan memerlukan waktu.
“Kami tidak berharap kompensasi akan terbayar dalam satu, dua, atau lima, tahun karena pengambilan kekayaan dan kerusakan terjadi selama berabad-abad,” kata PM Mottley. “Kami menuntut agar kami dilihat dan didengar.”
Sehari sebelumnya PM Mottley bertemu Menlu David Cameron untuk membahas hubungan bilateral, tapi tidak mengungkap rincian posisi Inggris mengenai utang perbudakan. Mottley hanya mengatakan sangat berharap Menlu Cameron mengambil keputusan atas petunjuk yang mulia mengenai masalah ini.
Raja Charles mengakui perang Inggris dan keluarga kerajaan dalam perdagangan budak transatlantik dan menyatakan penyesalan atas ketidak-adilan dan penderitaan yang ditimbulkan perbudakan. Namun, Raja Charles tidak pernah menyebut negaranya akan memberikan reparasi finansial.
Dalam pidato di Ghana tahun 2018 Raja Charles mengutuk perbudakan, dan menyebutnya sebagai kekejaman mengerikan dan ketidakadilan mendalam yang tdiak akan bisa dilupakan.
Di Rwanda, Juni lalu, Raja Charles mengatakan pentingnya mengakui masa lalu, termasuk perbudakan. Ia menyebut perbudakan sebagai masa yang menyakitkan.
Namun Raja Charles tidak menyebut menyakitkan untuk siapa. Yang pasti, perbudakan adalah bisnis paling menguntungkan dalam sejarah, dan memperkaya banyak negara Eropa.
Kerajaan Inggris memperdagangkan 3,1 juta orang Afrika, 2,7 juta di antaranya dikirim ke koloni Inggris di Karibia, Amerika Utara dan Selatan, serta tempat lain, dalam 150 tahun. Perdagangan budak dihapuskan oleh parlemen Inggris pada 1807.
Sejam memimpin Barbados 2018, PM Mottley menjadi tokoh berpengaruh terhadap warisan kolonialisme dan menuntut ganti rugi atas kerusakan yang dilakukan Kerajaan Inggris.
Mengutip Brattle Group, yang menganalisis kerugian perdagangan mudak transatlantik, Mottley mengatakan Inggris berutang 24 triliun dolar AS kepada 14 negara yang terkena dampak perbudakan. Spanyol berutang 17,1 triliun, Prancis 9,2 triliun, dan Belanda 4,8 triliun.
“Angka-angka ini, jika diambil di luar konteks, bisa tampak mengejutkan,” kata Mottley. “Namun jika dibandingkan dengan total kekayaan yang terakumulasi selama periode tertentu, jumlah sebenarnya sangat kecil.”
PM Inggris Rishi Sunak secara terbuka menolak meminta maaf atau menawarkan reparasi atas perdagangan budak, dengan mengatakan mencoba membongkar sejarah kita bukan cara yang tepat dan bukan sesuatu yang akan kita fokuskan.