- Tahun 2014, Batalyon Azov merebut Muriopol dari tangan separatis pro-Rusia.
- Rusia melancarkan propaganda buruk yang membuat Batalyon Azov terkenal dan melegenda.
- Kini, Rusia berupaya merebut Muriopol dari tangan Batalyon Azov.
JERNIH — Rusia kelelahan membombardir Muriopol, dan mengirim ulimatum agar pasukan Ukraina di dalam kota menyerah. Imbalannya, penduduk dibiarkan keluar dengan aman.
Ultimatum dijawab dalam waktu kurang dari satu jam; Muriopol tidak akan menyerah. Tak lama kemudian sebuah video beredar di saluran Telegram, yang memperlihatkan bagaimana tiga kendaraan lapis baja dan empat kendaraan tempur infateri Rusia dihancurkan di Muriopol.
BACA JUGA:
- Rusia Diam-diam Akui 10 Ribu Serdadunya Tewas di Ukraina
- Neo-Nazi Berdatangan ke Ukraina, Polisi Inggris Gelar Operasi
Video itu dirilis Batalyon Azov, ekstremis neo-Nazi yang terkenal kejam dan pantang menyerah, yang mempertahankan Muriopol. Berikutnya adalah gambar-gambar serdadu Rusia yang mati, salah satu mayat berseragam lengkap yang disebut sebagai jenderal Rusia.
Sulit memverifikasi video ini. Di Ukraina, perang tidak hanya adu tembak dan bom berjantuhan, tapi juga saling klaim keunggulan yang sulit dikonfirmasi.
Batalyon Azov
Muriopol adalah markas Batalyon Azov, bagian dari Garda Nasional Ukraina. Kombatan di dalamnya terlatih dengan baik, dan terdiri dari nasionalis Ukraina dan radikal sayap kanan.
Rusia menggunakan eksistensi Batalyon Azov sebagai pembenar invasi ke Ukraina. Invasi, yang menurut Vladimir Putin, bertujuan de-Nazi-fikasi Ukraina.
Semula, Azov adalah milisi sukarelawan yang dibentuk di Berdyansk untuk mendukung Ukraina memerangi separatis pro-Rusia di Donbass dan Luhansk. Beberapa kombatan Batalyon Azov berasal dari kelompok sayap kanan kecil namun aktif Pravyi Sector, atau Sektor Kanan.
Menariknya, Pravyi Sector berasal dari timur Ukraina dan berbicara dalam Bahasa Rusia. Bahkan mereka sempat menganjurkan persatuan bangsa Slavia timur; Rusia, Belarusia, dan Ukraina.
“Anggota semacam ini akan digambarkan sebagai ‘persahabatan bebas, atau kelompok neo-Nazi yang terorganisir,” kata Andreas Umland dari Pusat Studi Eropa Timur di Stockholm kepada DW.com.
Umland mengatakan Batalyon Azov sejak awal menarik perhatian karena menggunakan simbol Wolfsangel Nazi. Wolfsangel memiliki konotasi sayap kanan. Itu adalah simbol pagan yang digunakan SS.
“Tapi di Ukraina simbol itu tidak dianggap fasis,” kata Umland.
Resimen Azov, sebutan lain untuk Batalyon Azov, ingin simbol dari era Nazi ini dipahami sebagai versi uruf N dan I, yang artinya ide nasional.
Pendiri Batalyon Azov adalah Andriy Biletsky, pria berusia 42 tahun lulusan sejarah Universitas Nasional Kharkiv. Ia aktif di kancah sayap kanan Ukraina selama bertahun-tahun.
Musim panas 2014 pasukan sederhana Azov berpartisipasi merebut Muriopol dari separatis pro-Rusia. Sejak musim gugur 2012 Azov beroperasi sebagai resimen, dan — menurut sejumlah media Ukraina — memiliki 1000 komatan yang dilengkapi artileri dan tank.
Tahun yang sama Ukraina memasukan Batalyon Azov ke dalam struktur militer negara.
Pada 2015 dan 2016 Azov membentuk sayap politik. Biletsky mengundurkan diri sebagai komandan Azov, dan membentuk Partai Korps Nasional dengan sejumlah mantan kombatan.
Namun, partainya tak laku. Biletsky masuk ke parlemen melalui penunjukan langsung, dan tak terpilih lagi pada 2019. Kini, Biletsky bertempur di garis depan Kyiv.
Propaganda Rusia
Tahun 2019 Kongres AS berusaha menetapkan Batalyon Azov sebagai organisasi teroris, tapi itu tidak terjadi. Di Jerman, pemerintah menjawab pertanyaan kelompok parlemen Partai Kiri soal Batalyon Azov dengan mengatakan selama bertahun-tahun kelompok eksremis paling kejam itu mempertahankan kontak dengan gerakan sayap kanan.
Apa, atau siapa, yang membuat Batalyon Azov populer dan melegenda?
Umland punya jawaban singkat, yaitu propaganda Rusia. Tahun 2014, Rusia — setelah gagal mempertahankan Muriopol — menyebar kabar tentang Batalyon Azov melakukan penjarahan dan perilaku tidak pantas.
“Biasanya kami menganggap ekstremis sayap kanan berbahaya dan dapat menyebabkan perang,” kata Umland. “Di Ukraina, perang menyebabkan kebangkitan dan transformasi persahabatan marjinal menjadi gerakan politik.”
Pengaruh Batalyon Azov di masyarakat terlalu dibesar-besarkan. Bagi kebanyakan orang Ukraina, kombatan Azov adalah pahlawan yang melawan agresor.
Kini di Muriopol, Batalyon Azov memperlihatkan karakternya; pantang menyerah. Mereka mempertahankan kota berpenduduk 500 ribu itu dari gempuran Rusia.
Mereka terlibat perang di jalan-jalan tanpa lelah. Mereka bertempur dengan sedikit makanan, dan bergerak di jalan-jalan gelap Muriopol untuk memberi pukulan mematikan kepada pasukan Rusia.
Sebagian dari mereka mempertahankan Kharkiv dan Kyiv, memimpin penduduk sipil bertempur tanpa kenal kata menyerah.