“Kenaikan tergantung pemerintah. Seluruh harga BBM (jadi keputusan pemerintah)”
JAKARTA – PT Pertamina (Persero) akhirnya bersuara atas rencana penghapusan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis oktane 88 (RON 88) atau lebih dikenal bensin Premium pada tahun depan. Penghapusan itu terkait pola konsumsi bensin masyarakat untuk menggunakan BBM yang lebih ramah lingkungan.
Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), mengatakan saat ini ketentuan mengenai harga tergantung kepada pemerintah. Hal itu meskipun Pertalite dan Pertamax merupakan BBM non penugasan pemerintah.
“Kenaikan tergantung pemerintah. Seluruh harga BBM (jadi keputusan pemerintah),” ujarnya di Jakarta, Kamis (30/12/2021).
Harga bensin Pertamax milik Pertamina saat ini berkisar Rp9.000 per liter. Sementara kompetitor lainnya seperti Shell misalnya membanderol harga benis Super atau RON 92 seharga Rp12 ribuan.
“Lihat saja harga BBM di SPBU non Pertamina. Itu harga pasar yang sesungguhnya,” kata dia.
Mengingat harga bensin Pertamax yang tidak sesuai keekonomian, sebagai BUMN Pertamina harus mengikuti arahan dari pemerintah khususnya penetapan harga Pertamax.
“Itu tugas Pertamina sebagai BUMN,” kata Ahok.
Sekadar diketahui, Undang-Undang Nomor 30 tahun 2007 tentang Energi, yakni Pasal 7 Ayat 1 menyebutkan bahwa harga energi ditetapkan berdasarkan nilai keekonomian berkeadilan. Karena itu, sejatinya Pertamina bisa menjalankan aksi korporasi dengan bisa menentukan harga BBM sesuai dengan keekonomiannya, seperti bensin Pertalite maupun Pertamax.
Berdasarkan data Pertamina, kontribusi terbesar di tahun 2021 yakni Pertalite dengan porsi sebesar 50 persen, kemudian disusul gas oil (diesel/Solar) sebesar 33 persen, lalu Pertamax (RON 92) 13 persen, dan Pertamax Turbo 1 persen.
Sebelumnya, Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas, Soerjaningsih, menjelaskan saat ini pemerintah tengah menyusun road map BBM ramah lingkungan, di mana nantinya setelah Premium dihapus, maka Pertalite juga akan digantikan dengan BBM yang kualitasnya lebih baik.
“Dengan road map ini, ada tata waktu di mana nantinya kita akan menggunakan BBM ramah lingkungan. Ada masa di mana Pertalite harus dry, harus shifting dari Pertalite ke Pertamax,” katanya.