Site icon Jernih.co

Bekas Karyawan Zoom Didakwa Karena Berupaya Gagalkan Peringatan Tiananmen.

Antara Januari 2019 hingga saat ini, Jin dan yang lainnya bersekongkol untuk menggunakan sistem Zoom di AS untuk menyensor pidato politik dari individu yang berada di AS dan di seluruh dunia, sesuai arahan dan kendali pejabat intelijen pemerintah Cina.

JERNIH– Departemen Kehakiman AS telah mendakwa mantan karyawan Zoom yang berbasis di Cina karena mengganggu video meeting yang digelar untuk memperingati Peristiwa Lapangan Tiananmen.

Menurut pengaduan tersebut, Xinjiang Jin, juga dikenal sebagai “Julien Jin”, berpartisipasi dalam upaya untuk mengganggu dan menggagalkan serangkaian pertemuan pada Mei dan Juni 2020, yang diadakan untuk memperingati peristiwa berdarah di Lapangan Tiananmen, yang terjadi pada 4 Juni 1989 di Cina.

Jaksa di pengadilan federal di Brooklyn membuka segel kasus terhadap Jin pada hari Jumat, menuduhnya berkonspirasi untuk melakukan pelecehan antarnegara, selain konspirasi melanggar hukum untuk mentransfer alat identifikasi.

“Tuduhan dalam pengaduan tersebut menunjukkan tawar-menawar Faustian bahwa pemerintah Republik Rakyat Cina menuntut perusahaan teknologi AS melakukan bisnis di dalam perbatasan RRC, dan ancaman orang dalam yang dihadapi perusahaan tersebut dari karyawan mereka sendiri di RRC,”kata pengacara AS, Seth DuCharme, dalam sebuah pernyataan.

“Seperti diduga, Jin bekerja sama dengan pemerintah RRC dan anggota badan intelijen RRC untuk membantu pemerintah Cina membungkam pidato politik pengguna platform perusahaan teknologi AS,” kata dia.

Zoom mengatakan bahwa pihaknya telah sepenuhnya bekerja sama dengan para penyelidik dalam masalah ini. Perusahaan juga mengatakan telah melakukan penyelidikan internal secara menyeluruh.

Zoom memberhentikan mantan karyawan yang berbasis di Cina yang dituduh dalam masalah tersebut, karena melanggar kebijakan perusahaan. “Kami juga telah menempatkan karyawan lain pada cuti administratif menunggu selesainya penyelidikan kami,” kata perusahaan itu.

Seperti yang dituduhkan dalam pengaduan tersebut, antara Januari 2019 hingga saat ini, Jin dan yang lainnya bersekongkol untuk menggunakan sistem Zoom di AS untuk menyensor pidato politik dan agama dari individu yang berada di AS dan di seluruh dunia, sesuai arahan dan kendali pejabat intelijen pemerintah Cina.

Di antara tindakan lain yang diambil atas arahan pemerintah Cina, Jin dan lainnya menghentikan setidaknya empat video meeting yang diselenggarakan di jaringan Zoom untuk memperingati 31 tahun peristiwa Lapangan Tiananmen, kata Departemen Kehakiman AS.

Sebagian besar pertemuan ini diselenggarakan dan dihadiri peserta yang tinggal di AS, seperti para pembangkang yang telah ikut namun selamat dari penangkapan pemerintah Cina tahun 1989. [ Telegraph/al-Bawaba]

Exit mobile version