- Ali Daei mendapat undangan dari penyelenggara Piala Dunia 2022, tapi menolak pergi.
- Padahal, Ali Daei sangat ingin menyaksikan Iran melawan AS.
JERNIH — Ali Daei, legenda sepak bola Iran, Senin 28 November mengatakan menerima berbagai ancaman setelah secara terbuka mendukung aksi protes yang dipicu kematian gadis kurdi Mahsa Amini di tangan polisi moral.
“Saya dan keluarga menerima banyak ancaman dalam beberapa bulan terakhir,” kata Daei, yang rekor 109 gol-nya di tingkat internasional bertahan sekian tahun sampai disamakan Cristiano Ronaldo.
“Pengancam mengatasnamakan organisasi, media, dan individu,” lanjutnya.
Aksi protes, yang dipicu kematian gadis kurdi berusia 22 tahun pada 16 September, terus terjadi di kota-kota sekujur Iran. Daei memutuskan tiadk pergi ke Qatar untuk menyaksikan Piala Dunia karena tindakan keras pemerintah terhadap aksi protes.
“Saya diajari kemanusiaan, kehormatan, patriotisme, dan kebebasan,” lanjutnya. “Apa yang ingin Anda capai dengan banjir ancaman seperti itu.”
Dalam posting Instagram-nya, Daei menyeru pembebasan tanpa syarat semua pemrotes yang ditahan. Ia mengungkapkan simpati mendalam kepada keluarga yang kehilangan orang tercinta dalam aksi protes.
Ia mendapat undangan dari penyelenggara, tapi menolak pergi karena ingin bersama keluarga yang juga terancam. Kini, Iran bersiap menghadapi AS di Piala Dunia 2022, dan Daei ingin sekali melihat langsung laga itu.
Di Piala Dunia 1998, Daei bermain ketika Tim Melli — julukan timnas Iran — menghadapi AS. Iran menang 2-1, dan Daei mencetak satu gol.
Di hari-hari awal protes, pemerintah Iran merampas paspor Daei. Tak lama kemudian paspor itu dikembalikan.