Pertama kalinya dalam sejarah, jamaah Indonesia mengambil miqat di Qarn al-Manazil yang terletak di timur laut Makkah karena biasanya jamaah haji dari Indonesia dan kebanyakan negara di Asia mengambil miqat dari Ya Lam-Lam.
Jernih — Virus corona bukan hanya memporak porandakan tatanan ekonomi dan sosial negara-negara dunia, tapi juga mempengaruhi tatanan keagamaan, khususnya Islam.
Momentum-momentum penting, baik ritual ataupun seremonial keagamaan terhenti, atau paling tidak dilaksanakan tapi dengan mengikuti prosedur protokol kesehatan standar Covid 19 yang sangat ketat.
Ibadah Haji, sebagai salah satu pilar utama dalam rukun Islam yang hanya digelar satu kali dalam setahun juga terkena dampak serius dari virus yang berasal dari negeri tirai bambu itu.
Setiap tahunnya, tidak kurang dari 2 juta umat islam sedunia datang berbondong-bondong ke kota Mekkah, namun berbeda di tahun 2020 ini, ototritas Arab Saudi membatasi hanya 1000 jemaah haji saja, khusus untuk jemaah lokal.
Kuota yang turun drastis itupun harus melalui serangkaian seleksi yang ketat. Jemaah dari luar Arab Saudi harus gigit jari karena gagal berangkat, setidaknya mereka harus menunggu musim haji tahun depan, termasuk Indonesia.
Namun ternyata ada beberapa WNI yang beruntung bisa melaksanakan haji di tahun ini. Duta Besar RI untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel menyebut hanya ada tiga belas Warga Negara Indonesia (WNI) di Arab Saudi yang berhasil lolos seleksi untuk mengikuti ibadah haji pada tahun 2020 ini.
Mereka terdiri dari satu orang pria yang merupakan guru di Sekolah Indonesia Riyadh dan dua orang perempuan. Ketiganya berhasil lolos seleksi dan memenuhi beberapa poin persyaratan di antaranya belum pernah melaksanakan ibadah haji dan berumur 20-50 tahun.
Mereka juga dinyatakan lolos kesehatan dan bebas virus Corona dengan bukti-bukti serta surat dari berbagai lembaga yang dibutuhkan, sebagai syarat administrasi.
“Ini sesuai dengan keputusan Pemerintah Arab Saudi yang akan melaksanakan ibadah haji dengan amat sangat terbatas. Tidak lebih dari seribu orang yang diperbolehkan berhaji. Mulai tanggal 25 kemarin mereka sudah diberangkatkan menggunakan pesawat dari berbagai provinsi menuju Jeddah dan semuanya digratiskan oleh Pemerintah Arab Saudi,” jelas Maftuh saat diwawancarai salah satu stasiun TV nasional.
Saat ini menurutnya, para jamaah yang berhak melaksanakan haji sudah berada di Makkah, dan oleh petugas diarahkan menempati hotel yang telah ditetapkan untuk menjalani karantina sebelum menjalankan prosesi haji.
Jika selama karantina di hotel didapati ada yang keluar kamar, maka akan dipulangkan alias batal melaksanakan ibadah haji. Para jamaah juga diharuskan melakukan karantina mandiri setelah selesai menjalankan ibadah haji.
Satu orang jamaah menempati satu kamar hotel dan mendapatkan perlengkapan ibadah haji yang disediakan oleh pemerintah Arab Saudi, seperti baju ihram, sajadah dan masker. Demikian pula untuk lempar jumrah, batunya telah disediakan dan disterilisasi.
“Hanya 30 persen calon jamaah haji yang merupakan warga Arab Saudi. Warga Saudi pun diprioritaskan untuk para tenaga keamanan dan tenaga medis,” lanjutnya.
Pada tahun ini pun lanjut Maftuh, tidak ada jamaah haji istimewa (privilege) yang biasanya diberikan kepada tamu khusus atau undangan dari Kerajaan Arab Saudi atau pun perwakilan negara sahabat.
Para jamaah ini akan melaksanakan Haji Ifrad yakni melaksanakan haji dan umrah secara terpisah atau sendiri-sendiri.
“Pada tanggal 29 jamaah akan meluncur untuk mengambil miqat karena saat masuk Makkah mereka belum memakai pakaian ihram,” jelasnya.
Jamaah hanya akan mengambil miqat di satu tempat, yakni Miqat Qarn al-Manazil yang terletak di timur laut Makkah. Ini akan menjadi pertama kalinya dalam sejarah. Jamaah Indonesia sendiri tidak pernah ada yang mengambil miqat dari tempat ini karena biasanya mengambil miqat dari Ya Lam-Lam.
Kebijakan lain yang dilakukan oleh Arab Saudi adalah melakukan protokol kesehatan dengan ketat di antaranya menerapkan physical distancing (jaga jarak antar jamaah).
Ini diwujudkan dengan memberi tanda khusus di sekitar Kabah di mana jamaah hanya bisa melaksanakan shalat pada tanda yang sudah ditentukan.
Bagi siapa pun yang tidak memiliki izin untuk melaksanakan ibadah haji dan ketahuan ikut serta dalam rangkaian ibadah haji, Pemerintah Arab Saudi akan menindak tegas dan akan mendapatkan denda yang sangat besar.
Senada dengan Agus, Konsul Haji KJRI Jeddah, Endang Jumali, mengatakan sampai Rabu (29/7) sore, tercatat 13 Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Saudi (ekspatriat) terdaftar sebagai jemaah haji 1441H/2020M.
“Sampai sore ini, jumlah WNI Ekspatriat di Saudi yang terdata sebagai calon jemaah haji ada 13 orang,” ujar Endang Jumali dikutip dari keterangan resmi Kementerian Agama, Rabu (29/7).
Mereka adalah Muhammad Wahyu, Endan Suwandana, Ahmad Sujai, Huda Faristiya, ‘Abdul Muhaemin, Siri Marosi, Muhammad Toifurrahman, Ata Farida, Eni Wahyuni, Irma Tazkiya, M Zulkarnain, Ali Muhsin Kemal dan Akram Hadrami.
Betapa beruntungnya umat Islam yang bisa berhaji tahun ini, khususnya WNI, ketika ratusan ribu calon jema’ah haji lainnya harus menunda hasrat mereka untuk bisa beribadah langsung di tanah suci, tanah kelahiran Nabi Muhammad Saw.
Ustadz Subki Al Bughuri ketika di wawancarai dan ditanya pendapatnya soal pelaksanaan haji tahun ini di salah satu TV Nasional, sambi menangis dia mengatakan bahwa pelaksanaan haji tahun ini adalah haji yang spesial, jemaahnya pun adalah orang-orang yang dipilih Allah SWT.
Selain itu pelaksaan rangkaian haji yang biasanya harus berdesakan sehingga memerlukan perjuangan ekstra, kini mereka bisa melaksanakannya secara khidmat dan nyaman, terutama dalam pelaksanaan Thawaf.
“Maa ajmalal mandor, sungguh pemandangan yang sangat indah” ujar sang ustadz.